• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Pessel Tingkatkan Daya Serap Air Tanah Melalui Program Pengembangan Lubang Biopori

29 Maret 2019

301 kali dibaca

Pessel Tingkatkan Daya Serap Air Tanah Melalui Program Pengembangan Lubang Biopori

Pesisir Selatan - Untuk menjaga keseimbangan air tanah agar terhindar dari ancaman kekeringan saat memasuki musim kemarau, maka kepada masyarakat yang tinggal dipemukiman padat penduduk atau di kawasan perumahan, dianjurkan membuat lubang biopori.

Lubang biopori yang berfungsi sebagai serapan air ketika musim hujan, bisa berfungsi sebagai penyimpanan atau cadangan air, disamping juga dapat dimanfaatkan sebagai media pengisap sisa limbah buangan rumah tangga jenis organik.

Hal itu disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Jumsu Trisno dengan didampingi Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah Limbah B3 dan Pengedalian Pencemaran Lingkungan, Darpius Indara Jumat (29/3).

" Kehadiran lubang biopori pada kawasan padat penduduk atau kawasan perumahan, bisa dijadikan sebagai tempat cadangan air disaat musim kemarau. Sebab di saat musim hujan, lubang biopori memiliki fungsi sebagai serapan air dan mengatasi banjir, disamping juga dapat dimanfaatkan sebagai media penghisap limbah buangan rumah tangga," katanya.

Dijelaskanya bahwa biopori merupakan metode alternatif untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah. Bahkan biopori memiliki fungsi yang sangat besar dalam menjaga keseimbangan.

" Diantaranya, Memaksimalkan air yang meresap ke dalam tanah sehingga menambah air tanah, membuat kompos alami dari sampah organik daripada dibakar, mengurangi genangan air yang menimbulkan penyakit, mengurangi air hujan yang dibuang percuma ke laut, mengurangi resiko banjir di musim hujan, maksimalisasi peran dan aktivitas flora dan fauna tanah, serta mencegah terjadinya erosi tanah dan bencana tanah longsor," ungkapnya.  

Dijelaskanya bahwa cara membuat lubang biopori tersebut adalah dengan cara menggali lubang secara vertikal dengan diameter 10 centimeter dengan kedalaman 100 centimeter atau tidak sampai melampaui muka air tanah.

Jarak antara lubang satu dengan yang lainya 50-100 sentimeter, mulut lubang dapat diperkuat dengan semen selebar 2-3 centimeter dengan tebal 2 centimeter disekeliling mulut lubang.

Selanjutnya lobang di isi dengan sampah organik yang berasal dari sampah dapur, sisa tanaman, dedaunan, atau dari sisa pangkasan rumput.

" Penambahan sampah organik ke dalam lubang yang telah berkurang, juga perlu dilakukan. Hal itu memang akibat dari penyusutan dan proses pelapukan. Nah kompos yang sudah terbantuk dalam lubang itu, dapat diambil setiap akhir musim kemarau. Pengambilan kompos itu sekaligus bertujuan untuk pemeliharaan terhadap lobang resapan tersebut," terangnya.

Lebih jauh dijelaskan bahwa biopori juga bermanfaat secara arsitektur lanskap sehingga telah digunakan sebagai pelengkap pertamanan di berbagai rumah mewah dan rumah minimalis yang menerapkan konsep rumah hijau.

" Biopori juga telah menjadi pelengkap penerapan kebijakan luas minimum ruang terbuka hijau di perkotaan. Berdasarkan berbagai manfaat itu, sehingga kita menganjurkan kepada masyarakat untuk membuat biopori. Tapi untuk ruang terbuka hijau seperti di Taman Spora Masjid Akbar Painan sudah diterapkan di daerah ini," tutupnya.