• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

15 November 2018

965 kali dibaca

Populasi Sapi Asli Pessel Perlu Dipertahankan

Pesisir Selatan, 15 November 2018--Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) sebagai daerah yang memiliki plasma nufta pada jenis sapi yang dikenal dengan sebutan sapi pasisia atau 'jawi atuih' harus terus dipertahankan.

Sebab kekhasan dan keunggulan tekstur daging sapi yang sangat disukai oleh konsumen ini, tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia.

Kepala dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) Pessel, Hazrita mengatakan kepada pesisirselatan.go.id Kamis (15/11) bahwa bahwa saat ini Pessel masuk sebagai salah satu pemasok daging sapi terbesar di Sumbar.

" Pessel saat ini termasuk salah satu pemasok daging sapi terbesar di Sumbar. Bahkan populasi atau jenis sapinya khas milik daerah sendiri, yang dikenal dengan sapi pasisia atau 'jawi atui'. Ini merupakan keunggulan yang dimiliki dan harus dipertahankan populasinya," ungkap Hazrita.  

Dijelaskanya bahwa saat ini populasi ternak sapi di daerah itu ada sekitar 86 ribu  ekor. Dari jumlah itu, sebanyak 9.900 ekor dijual setiap tahunya ke luar daerah. Bahkan untuk kebutuhan hari raya Idul Adha dan Idul Fitri, kebutuhan sapi yang berasal dari Pessel untuk kota Padang mencapai 90 persen.

" Populasi sapi di Pessel saat ini mencapai 86 ribu ekor, dari jumlah itu sebanyak 9.900 ekor dijual keluar daerah. Dari jumlah itu, sehingga pasokan untuk Sumbar bisa dikatakan mencapai 20 persen. Lonjakan permintaan terhadap daging sapi ini sapi ini terjadi ketika memasuki hari Raya Idul Adha dan Idul Fitri. Bahkan untuk kota Padang saja, 90 persen kebutuhanya berasal dari Pessel," jelasnya.

Karena besarnya kebutuhan yang memang didukung oleh potensi serta  kekhasan, sehingga sektor peternakan terutama jenis sapi lokal mendapat perhatian khusus.

" Sapi lokal Pessel diakui cukup digemari oleh para konsumen di Sumbar, dari itu perhatian khusus perlu diberikan. Baik dalam hal pembinaan maupun jaminan pasar agar usaha ini memberikan jaminan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat di daerah ini," ungkapnya.  

Disampaikanya bahwa saat ini Pessel sudah memiliki pasar ternak di Nagari Lakitan Timur Kecamatan Lengayang. Keberadaan pasar ternak ini akan menjadi jaminan bagi masyarakat Pessel untuk memasarkan ternaknya supaya sesuai dengan harga pasar.

" Kehadiran pasar ternak yang dipusatkan di Nagari Lakitan Timur Kecamatan Lengayang, akan memberikan jaminan bagi masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli sesuai harga pasar. Sebab di lokasi itu (pasar ternak red), pemerintah juga menempatkan petugas mengontrol aktivitas maupun harga," terangnya.

Menyangkut perilaku dan kecendrongan masyarakat penjual ternak tanpa mempertimbangkan produktivitas dan jenis kelamin, oleh pihak Disnakeswan selalu dilakukan sosialisasi.

Imbauan ini lebih ditekan kepada masyarakat agar tidak lagi menjual ternak jenis betina yang produktif. Sebab bila kebiasaan itu tidak dirubah, bisa berdampak terhadap turunan sapi khas Pessel yang sudah diakui keberadaanya.

" Kebiasanaan masyarakat menjual sapi jenis betina produktif itu sudah mulai ditinggalkan saat ini. Sebab bisa berdampak terhadap kepunahan populasi sapi asli Pessel. Empat tahun lalu, sapi jenis betina ini disemblih untuk konsumsi lokal maupun yang dijual ke luar daerah mencapai 16 ribu ekor. Karena mengancam populasi turunan, maka kebiasaan ini harus dihilangkan," tutupnya. (05)