Pesisir Selatan--Potensi produksi perikanan laut yang mencapai 100 ribu ton per tahun di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), masih membutuhkan penggarapan secara maksimal.
Sebab potensi besar itu, diyakini bisa memberikan kesejahteraan bagi masyarakat nelayan. Sebab hingga saat ini, rata-rata capaian produksinya baru berada pada kisaran 29-31 ribu ton saja per tahun.
Harapan itu disampaikan ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pessel, Ermizen, Selasa (25/1) terkait harapannya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat nelayan di daerah itu.
"Keterbatasan sarana tangkap merupakan salah penyebab produktivitas masyarakat nelayan rendah. Hal ini perlu mendapatkan perhatian serius pemerintah, sebab dengan potensi produksi perikanan mencapai 100 ribu ton per tahun, maka perlu sentuhan teknologi melalui sarana tangkap yang memadai," katanya.
Dia menambahkan bahwa di masa pandemi Covid-19 saat ini, selayaknya pemerintah daerah melalui pihak terkait lebih mengutamakan pembangunan yang berkontribusi terhadap peningkatan perekonomian masyarakat.
"Salah satu upayanya adalah dengan juga menggenjot sektor perikanan melalui sentuhan-sentuhan program kerakyatan," jelasnya.
Terkait hal itu, Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Pessel, Firdaus, ketika dihubungi mengatakan bahwa pihaknya saat ini memang terus berupaya memberikan dorongan kepada masyarakat nelayan, agar terus memaksimalkan produktivitasnya dalam mengelola sektor perikanan.
"Masih minimnya ketersediaan sarana tangkap yang dimiliki oleh masyarakat nelayan, menjadi salah satu penyebab produktivitas mereka masih rendah di daerah ini. Agar potensi produksi perikanan laut mencapai 100 ribu ton per tahun tersebut bisa digarap maksimal, maka produktivitas mereka perlu terus ditingkatkan," katanya.
Dijelaskannya bahwa salah satu upaya yang juga tengah dilakukan saat ini adalah melalui peningkatan sarana dan prasarana tangkap.
"Upaya ini sebenarnya telah kita lakukan sejak beberapa tahun terakhir melalui bantuan mesin tempel. Melalui upaya itu, sehingga sebagian besar masyarakat nelayan di daerah ini tidak lagi turun melaut dengan menggunakan perahu dayung. Minimal perahu yang mereka pakai saat ini menggunakan mesin pendorong long tail," katanya.
Ditambahkannya bahwa menggunakan perahu dayung atau perahu layar untuk menangkap ikan di laut, sangat menantang dan rawan terhadap keselamatan.
"Sebab nelayan tidak bisa bergerak dengan cepat menghindari cuaca buruk. Beda bila menggunakan perahu motor, mereka bisa bergerak cepat ketika ancaman badai dan gelombang besar datang. Karena bisa bergerak cepat, maka ancaman terhadap resiko keselamatan juga kecil. Demikian juga dengan tingkat produktivitas dan hasil produksi yang didapatkan setiap kali turun melaut," ungkapnya.
Diakuinya bahwa menangkap ikan dengan menggunakan perahu tradisional dengan mesin pendorong long tail, masih membuat produktivitas masyarakat nelayan masih rendah. Akibatnya membuat rata-rata produksi ikan hanya mencapai 29 hingga 31 ribu ton saja per tahun.
"Walau dengan keterbatasan sarana tangkap, tapi Pessel tetap berupaya berada pada posisi normal agar produksi perikanan laut bisa tercapai maksimal menurut potensi. Sebab bila dikelola secara maksimal, laut Pessel bisa menghasilkan produksi sebesar 100 ribu ton per tahun," terangnya.
Ditambahkannya bahwa saat ini jumlah armada tangkap berupa mesin tonda, kapal payang, dan perahu yang menggunakan mesin lainnya ada sebanyak 2.392 unit di Pessel.
Untuk lebih meningkatkan produktivitas nelayan, kedepan pihaknya mentargetkan semua masyarakat nelayan memiliki perahu dengan menggunakan penggerak dari mesin.
"Upaya ini harus kita lakukan karena sektor ini merupakan kekuatan ekonomi masyarakat yang mampu bertahan walau di tengah pandemi Covid-19," tutupnya.