Painan, Agustus ----
Dampak pulang basamo warga perantau ke ranah Minang cukup besar. Ratusan perantau pulang kampung Idul Fitri ini. Potensi besar ini harus dikelola maksimal jika tak ingin jadi mubazir. Transformasi dan spirit kerja keras lebih utama dari pada "memberi" ikan bagi anak nagari.
"Lebaran selalu menjadi momen penting bagi para perantau Minang. Hanya pada saat Lebaran itulah mereka dapat pulang ke kampung halamannya, berkumpul dengan seluruh sanak saudara. Melupakan sejenak hiruk pikuk hidup di kota," ujar Camat Koto XI Tarusan Hadi Susilo di Tarusan.
Menurutnya, Mudik tak hanya dilakoni mereka yang berhasil. Sebab mereka yang hidup pas-pasan, juga punya keinginan yang sama. Membanting tulang mengumpulkan uang selama setahun. Kemudian pulang kampung menikmati liburan bersama keluarga saat Lebaran.
Masyarakat di kampung juga demikian, tak terkira senangnya hati ketika dunsanak pulang kampung. Rumah dibersihkan, bila perlu dicat supaya indah. Kue Lebaran aneka rasa juga menanti. Cerita dan tawa pun mengalir seiring angin bertiup.
Seperti di Kecamatan Tarusan diperkirakan pada Lebaran tahun ini, lebih dari ratusan perantau diperkirakan akan pulang kampung ke Tarusan. Perantau terbanyak pulang kampung setiap tahunnya berasal dari Yogyakarta, Jawa, Dumai, Pekan Baru dan beberapa daerah lainnya.
Kita perkirakan perantau yang mudik tahun ini lebih banyak dari tahun lalu. Biasanya perantau terbanyak pulang kampung itu berasal Yogyakarta, Jawa, Dumai, Pekan Baru," ujarnya.
Biasanya, masing-masing perantau akan membawa uang jutaan hingga puluhan juta rupiah. Uang itu akan menggerakkan berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi. Perputaran uang selama Lebaran diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah hingga mencapai triliun rupiah.
Hendaknya momet pulang kampung para perantau ini dapat membawa dampak baik bagi daerah, terutama terjadi peningkatan ekonomi masyarakat nantinya, Akhirnya. (07)