Pesisir Selatan--Badan Musyawarah (Bamus) pada 31 nagari yang menyelenggarakan pemilihan wali nagari (Pilwana) serentak pada 8 Mei 2021 lalu di Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) telah melakukan penetapan.
Melalui camat SK masing-masing Wali nagari terpilih tersebut telah dikirim ke Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPMDP2KB) Pessel untuk diproses menjadi Keputusan Bupati tentang Pengangkatan Wali nagari periode 2021-2027.
Segenap tahapan sudah dilewati, sisanya pelantikan. jadwal pelantikan telah disusun, dan akan dilaksanakan di Painan oleh Bupati Pesisir Selatan 15 hari paling lama setelah SK ditandatangani.
Demikian disampaikan kepada DPMDP2KB Pessel, Wendi, Rabu (23/6) di Painan.
'Walinagari terpilih ditetapkan Bamus dan melalui SK bupati diangkat kemudian dilantik. Maka sejak itu 'benggo' kepemimpinan nagari sudah terpasang, disertai tugas, fungsi dan tanggungjawab," katanya.
Dia menjelaskan wali nagari bukan pejabat politik, karena bukan lahir dari rahim politik, tetapi digodok melalui proses demokrasi ala nagari.
"Walau pemilihanya tak serumit Pileg, Pilpres atau Pilkada. Tetapi mekanisme pemilihannya tetap mengusung Jurdil. Makanya saat sudah menyandang 'pangkat' seorang wali nagari otomatis terikat sumpah jabatan. Segera melakukan konsolidasi, koordinasi dan komunikasi dengan setiap lini seperti Bamus, perangkat nagari, tokoh masyarakat, Babinsa, camat, dan dinas terkait," ucapnya.
Dia juga mengingatkan kepada wali nagari terpilih tersebut agar tidak seenaknya mengangkat dan memberhentikan perangkat.
"Sebab soal pengangkatan perangkat ada aturan mainnya," ingat Wendi.
Dikatakan juga visi dan misi yang disampaikan saat kampanye atau pencalonan segera disusun dan disesuaikan dengan RPJM Nagari, apa yang hendak dilakukan 6 tahun kepemimpinan.
Bagi petahana, tentu jalannya lebih mulus, karena sudah berpengalaman, bagi yang baru, maka banyaklah belajar dan bertanya. Jangan sungkan berkoordinasi dan menjemput ilmu.
"Kami amat yakin, tugas dan tanggungjawab wali nagari amat besar, belum sebanding dengan Siltap yang diterimanya. Namun dibalik itu jiwa pengabdian, spirit membangun jiwa dan raga nagari menjadi terdepan. Umpat dan puji akan jadi makanan harian. Senang dan tidak senang, 10 kali berbuat, sekali alpa akan jadi menjadi omongan oleh masyarakat nantinya," tutup Wendi. (05)