Painan, Agustus 2013 ----
Tangkapan nelayan semenjak satu setengah bulan terakhir menurun di Pesisir Selatan. Penurunan hasil tangkapan tersebut dipicu seringnya cuaca buruk melanda kawasan pesisir barat Sumatera.
Rasil (65), nelayan pukat tarik di Ampiang Parak Rabu (14/8) menyebutkan, masa paceklik nelayan tersebut sudah dirasakannya sebelum Bulan Puasa lalu. "Ikan sudah sangat jarang dipinggir laut. Kami tidak tahu apa penyebabnya . Selama itu pula kami para nelayan merasakan sulitnya hidup. Bahkan untuk kebutuhan selama puasa dan lebaran kami terpaksa menahan dan berlebaran dengan segala kekurangan," katanya.
Dikatakannya, setiap kali turun pukatnya paling banyak hanya dapat sebaskom ikan, sementara dengan hasil tangkap itu hanya dapat memberikan penghasilan sekitar Rp7500 pada setiap anak pukat. Turunnya pendapatan nelayan terjadi diseluruh garis pantai Pesisir Selatan. Namun akibat tidak ada pekerjaan lain warga tetap memaksakan diri menurunkan alat tangkap.
Dinas Kelautan dan Perikanan Pessel mengakui, produksi perikanan Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) memang masih belum optiml akhir akhir ini. Bahkan hingga awal Agustus 2012 ini nelayan Pessel sering mengalami gagal melaut karena buruknya cuaca. Kondisi itu memicu kecenderungan produksi ikan rendah di Pessel, yang juga berdampak pada rendahnya pasokan ikan laut.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Edwil mengatakan, produksi ikan Pessel memang cenderung berfluktuasi. Hal itu bisa dilihat dari produksi hasil tangkapan pertahun. "Disana terlihat, hasil tangkapan tidak setabil sepanjang tahun," katanya menjelaskan.
Ia mengatakan, pada tahun 2005 produksi ikan sekitar 24 ribu ton, tahun 2006 sebanyak 26 ribu ton, 2007, hingga 2012 lalu sekitar 25 ribu ton. Tahun ini juga diperkirakan sekitar 25 hingga 26 ribu ton.
Pembangunan perikanan Pesisir Selatan pada beberapa tahun lalu memang pernah mengalami masa - masa transisi. Misalnya terjadinya penurunan produksi perikanan laut, terutama untuk nelayan dengan alat tangkap tradisional.
Namun menurutnya, setelah mengalami masa transisi, Pesisir Selatan telah berupaya untuk mengembalikan, paling tidak keposisi normal, dimana produksi perikanan bisa normal kembali.
"Laut kita punya potensi sangat besar. Jika kita hitung, potensi lestari perikanan laut Kabupaten Pesisir Selatan bisa mencapai 95 ribu ton pertahun. Namun potensi itu belum tergarap maksimal, Pessel baru bisa menggarap seperempatnya saja. Karena memang ada sejumlah persoalan mendasar yang dihadapi Pesisir Selatan selama ini," ujarnya.
Misalnya terjadinya penurunan armada dan alat tangkap dari tahun ketahun. Lima tahun lalu berdasarkan catatan Dinas Kelautan jumlah armada penangkapan sekiatar 2.392 unit berupa mesin tonda, kapal payang, dan perahu dengan menggunakan mesin. Namun kini berkisar sekitar 1900-an. "Ini berpengaruh terhadap produksi ikan di perairan Pesisir Selatan," ujarnya lagi.
Untuk itu menurutnya, pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan semenjak rentang waktu 2007 dan 2008 mencoba melakukan upaya intervensi dengan membantu nelayan dengan mesin long tail. Pemerintah Kabupaten telah menyalurkan sekitar 650 unit longtail. Program ini diharapakan dapat membantu dalam mengatasi krisis peralatan di Pesisir Selatan.
"Dari pantauan kita, sejumlah nelayan yang telah dibantu dengan peralatan telah menunjukan perkembangan posisitf. Selaian hasil tangkap memadai, mesin ini bisa dikembangkan untuk nelaya lainnya," ujarnya lagi.
Persoalan lainnya adalah, masih rendahanya sumber daya manusia masyarakat yang bergerak disektor perikanan laut, sehingga sulit menjangkau dan mengikuti perkembangan tekhnologi perikanan. Dan semenjak Januari hingga Maret nelayan juga dihadapkan pada buruknya cuaca. (09)