• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Sumber Daya Alam dan Kearifan Lokal: Kunci Pelestarian Lingkungan di Pesisir Selatan

17 Oktober 2025

17 kali dibaca

Sumber Daya Alam dan Kearifan Lokal: Kunci Pelestarian Lingkungan di Pesisir Selatan

Kabupaten Pesisir Selatan merupakan salah satu daerah di Provinsi Sumatera Barat yang dikenal memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Wilayahnya membentang dari pesisir pantai Samudera Hindia hingga kawasan perbukitan dan pegunungan yang sejuk, menjadikannya daerah dengan keragaman ekosistem yang luar biasa. Potensi alam yang besar tersebut menjadi sumber penghidupan utama bagi masyarakat setempat, baik melalui sektor perikanan, pertanian, kehutanan, maupun pariwisata. Namun, di tengah pesatnya pembangunan dan modernisasi, muncul tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan. Dalam konteks ini, kearifan lokal masyarakat Pesisir Selatan menjadi kunci penting dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam.

Kearifan lokal bukan hanya sekadar tradisi atau kebiasaan turun-temurun, tetapi juga merupakan sistem nilai dan pengetahuan yang diwariskan oleh nenek moyang untuk mengelola alam secara berkelanjutan. Di Kabupaten Pesisir Selatan, berbagai bentuk kearifan lokal masih terjaga dan menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Misalnya, dalam pengelolaan hasil laut, masyarakat nelayan memiliki aturan tidak tertulis untuk tidak menangkap ikan pada area tertentu selama musim tertentu sebagai bentuk konservasi alam. Mereka percaya bahwa laut harus diberi waktu untuk “beristirahat” agar ikan dapat berkembang biak. Praktik seperti ini mencerminkan kesadaran ekologis yang tinggi dan selaras dengan prinsip konservasi modern.

Dalam sektor pertanian, masyarakat Pesisir Selatan juga menerapkan sistem tanam bergilir dan penggunaan pupuk alami untuk menjaga kesuburan tanah. Di beberapa nagari, petani masih menggunakan metode tradisional seperti “tumpangsari,” yakni menanam beberapa jenis tanaman dalam satu lahan agar unsur hara tanah tetap terjaga. Mereka juga mengatur waktu tanam berdasarkan penanggalan adat yang memperhitungkan kondisi cuaca dan siklus alam. Meskipun terkesan sederhana, metode ini terbukti mampu menjaga keseimbangan ekosistem pertanian dan mencegah kerusakan lahan akibat penggunaan bahan kimia berlebihan.

Kekayaan sumber daya hutan di Kabupaten Pesisir Selatan juga dikelola dengan prinsip kearifan lokal. Masyarakat adat yang tinggal di sekitar kawasan hutan memiliki konsep “rimbo larangan” atau hutan larangan, yaitu area hutan yang tidak boleh ditebang sembarangan karena dianggap sebagai kawasan pelindung. Rimbo larangan biasanya menjadi sumber air bagi sungai-sungai kecil dan tempat hidup berbagai flora dan fauna endemik. Pelanggaran terhadap aturan adat ini dapat dikenakan sanksi sosial, bahkan dikucilkan oleh masyarakat. Dengan demikian, aturan adat ini berfungsi sebagai instrumen pelestarian lingkungan yang efektif, jauh sebelum adanya kebijakan konservasi modern dari pemerintah.

Selain dalam bidang sumber daya alam darat, masyarakat pesisir juga memiliki sistem tradisional dalam menjaga kelestarian laut. Mereka mengenal istilah “sasi laut” atau larangan mengambil hasil laut di wilayah tertentu untuk jangka waktu tertentu. Tujuannya adalah agar biota laut dapat berkembang dan sumber daya tetap lestari. Ketika waktu larangan berakhir, masyarakat akan melakukan upacara adat sebagai bentuk rasa syukur atas hasil laut yang melimpah. Tradisi seperti ini tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga menunjukkan pemahaman ekologis yang mendalam tentang keseimbangan alam.

Kearifan lokal juga tampak dalam pemanfaatan bahan alam secara bijak. Masyarakat Pesisir Selatan dikenal piawai dalam memanfaatkan hasil hutan bukan kayu, seperti rotan, damar, madu, dan bambu, untuk kebutuhan ekonomi tanpa merusak ekosistem. Produk-produk ini diolah menjadi kerajinan tangan bernilai tinggi atau dijual sebagai bahan baku industri kecil. Cara mereka memanen pun dilakukan dengan memperhatikan siklus tumbuh tanaman, agar sumber daya alam tidak habis dalam waktu singkat. Kesadaran akan keberlanjutan ini tumbuh bukan karena instruksi pemerintah, melainkan karena keyakinan budaya bahwa merusak alam sama dengan merusak kehidupan sendiri.

Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, tantangan terbesar bagi pelestarian kearifan lokal adalah perubahan gaya hidup masyarakat. Generasi muda kini lebih banyak berorientasi pada teknologi dan ekonomi cepat, sehingga nilai-nilai kearifan lokal mulai tergerus. Padahal, tanpa kesadaran lingkungan, potensi sumber daya alam yang besar bisa menjadi bumerang ketika dieksploitasi tanpa kendali. Oleh karena itu, perlu ada upaya revitalisasi dan pendidikan lingkungan berbasis kearifan lokal agar generasi muda memahami pentingnya menjaga keseimbangan alam. Pemerintah daerah dapat berperan dengan memasukkan nilai-nilai lokal dalam kurikulum pendidikan, kegiatan sosial, serta program pelatihan masyarakat.

Selain pendidikan, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat adat, dan sektor swasta juga sangat dibutuhkan dalam menjaga sumber daya alam. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan dapat memperkuat regulasi pengelolaan lingkungan yang berpihak pada masyarakat lokal, memberikan dukungan terhadap usaha berbasis sumber daya alam berkelanjutan, dan melibatkan tokoh adat dalam pengambilan keputusan pembangunan. Di sisi lain, sektor swasta perlu mengedepankan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam setiap kegiatan investasi, terutama di sektor pariwisata, perkebunan, dan perikanan. Dengan demikian, pembangunan ekonomi dapat berjalan beriringan dengan pelestarian alam.

Pariwisata berbasis kearifan lokal juga menjadi salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan. Pesisir Selatan memiliki destinasi wisata alam yang menakjubkan, seperti kawasan Mandeh, Pantai Carocok, dan Bukit Langkisau. Jika dikelola dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan, pariwisata dapat menjadi sektor unggulan yang tidak hanya meningkatkan pendapatan daerah tetapi juga menjaga kelestarian alam. Konsep ekowisata yang melibatkan masyarakat lokal, misalnya, dapat menjadi contoh penerapan nilai-nilai kearifan lokal dalam pembangunan ekonomi. Wisatawan tidak hanya menikmati keindahan alam, tetapi juga belajar tentang budaya dan tradisi masyarakat setempat dalam menjaga lingkungan.

Pada akhirnya, sinergi antara pemanfaatan sumber daya alam dan kearifan lokal menjadi fondasi penting bagi masa depan Kabupaten Pesisir Selatan. Alam yang indah dan subur adalah anugerah, namun tanpa pengelolaan yang bijak, kekayaan itu bisa berubah menjadi sumber bencana. Kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur telah terbukti menjadi benteng pelindung ekosistem selama berabad-abad. Kini, tantangannya adalah bagaimana nilai-nilai tersebut dapat terus dijaga dan dikembangkan di tengah perubahan zaman. Jika masyarakat, pemerintah, dan dunia usaha mampu berjalan bersama dalam semangat pelestarian, maka Pesisir Selatan tidak hanya dikenal karena keindahan alamnya, tetapi juga karena kebijaksanaannya dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan alam. Dengan begitu, sumber daya alam dan kearifan lokal akan menjadi warisan berharga bagi generasi masa depan — warisan yang tidak hanya memberi kehidupan, tetapi juga makna bagi keberlanjutan bumi yang kita cintai.