• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

02 November 2015

315 kali dibaca

Tahun ini, Pessel dapat proyek pembangunan irigasi permukaan

Painan, November 2015  

Tahun 2015 ini, Pessel dapat proyek pembangunan irigasi permukaan untuk meningkatkan produktifitas pertanian di lahan tadah hujan.

"Pessel saat ini masih memiliki hamparan sawah tadah hujan, sehingga produksi di lahan seperti itu tidak maksimal," kata Kadis Pertanian Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Pessel, Afrizon Nazar melalui Kabid Sarana dan Prasarana, Jupriwal, Senin (2/11) di Painan.

Menurutnya, sawah tadah hujan yang tersebar di daerah itu memang sulit mendapatkan pengairan. Oleh sebab itu, tahun 2015 melalui DAK dibangun irigasi permukaan.

Kegiatan tersebut berada di areal Keltan Cempaka Putih Api Api, Keltan Sub Energi Kelok Koto Langang Sungai Liku, Keltan Bina Sehat Sungai Tangah dan Keltan Tandikek Air Jambu. Dimana, areal milik keltan itu tidak punya sumber air irigasi teknis. 

Dijelaskan, sarana dan prasarana yang dibangun adalah pompa, rumah pompa dan jaringan ke areal persawahan. Sedangkan kapasitas bak penampungan 21 kubik dengan total dana Rp 792 juta.

"Khusus di Pessel, irigasi permukaan dibangun di areal milik empat Keltan yaitu Cempaka Putih Api Api, Sub Energi Kelok Koto Langang Sungai Liku, Bina Sehat Sungai Tangah dan Tandikek Air Jambu," sebutnya.

Diterangkan, irigasi permukaan adalah penerapan irigasi dengan cara mendistribusikan air ke lahan pertanian dengan cara gravitasi (membiarkan air mengalir di permukaan lahan pertanian).

Metode ini merupakan cara yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Irigasi permukaan yang cenderung tidak terkendali umumnya disebut dengan irigasi banjir atau irigasi basin, yaitu merendam lahan pertanian hingga ketinggian tertentu dengan jumlah air yang berlebih.

Irigasi permukaan yang terkelola dengan baik biasanya dilakukan dengan mengalirkan air di antara guludan (furrow) atau batas tertentu.

Jenis irigasi permukaan yaitu irigasi basin dilakukan membanjiri satu petak lahan, dan memungkinkan drainase dari petak yang lebih tinggi menjadi sumber air bagi petak yang lebih rendah.

Irigasi basin tidak harus didrainase melainkan membiarkan air menyerap ke dalam tanah atau terevaporasi ke udara, yang disebut dengan "basin tertutup".

Irigasi basin diutamakan di daerah dengan laju infiltrasi yang rendah, karena dibutuhkan waktu yang lama bagi air untuk menyerap ke dalam tanah sehingga lahan dibanjiri selama beberapa waktu.

Kemudian irigasi gelombang (surge irrigation) dilakukan dengan secara periodik mensuplai air lalu menghentikannya supaya tanah mengalami siklus kering dan basah yang mampu mengurangi laju infiltrasi tanah dan menjadikan kondisi tanah seragam.

Berkurangnya laju infiltrasi ini dikarenakan partikel tanah terkonsolidasi, pori-pori dan rekahan mikro di tanah terisi air, dan menjadi tertutup rata ketika partikel tanah yang besar menjadi pecah karena munculnya kelembaban yang tiba-tiba dari kondsi yang kering.

Partikel tanah yang telah mengecil tersebut menutup celah pada tanah seiring dengan keringnya tanah, dan seterusnya siklus tersebut berlanjut. (03)