Travel Liar Akan Berganti Plat Kuning
Painan, Mei 2013
Keberadaan Travel liar semakin hari semakin banyak jumlahnya setidaknya di Kabupaten Pesisir Selatan sekitar 250 unit dengan rute Padang- Painan- Air Haji dan Tapan .
Namun tidak berapa lama lagi keberadaan travel liar tersebut akan memiliki legalitasnya dengan keluarnya Peraturan Gubernur No. 18 Tahun 2013 tentang Angkutan Antar Jemput Dalam Propinsi dan Angkutan Antar Jemput Antar Provinsi,kendati begitu belum sepenuhnya dipahami oleh pengusaha travel.
Kepala Bidang Perhubungan Darat di Dinas Perhubungan, Komonikasi dan Imformatika Rafli mengatakan kita akan segera mensosialisasikan aturan tersebut kepada pengusaha mobil travel yang keseharian beroperasi di Kabupaten ini.
Sebab pada hakekatnya aturan itu telah memberikan regulasi tentang adanya angkutan penumpang diluar trayek tetap sebagaimana yang sudah ada, selama ini, disisi lain Peraturan ini mengakomodir keluhan masyarakat dengan maraknya pelaksanaan angkutan penumpang yang tidak resmi.
"Untuk Kabupaten Pessel kita mendapatkan jatah kouta 106 unit karena itu segeralah para pengusaha mengajukan izinnya ke provinsi dan kita di Kabupaten akan memberikan rekomendasi ," ujarnya
Ditambahkannya,nantinya rekomendasi yang dikeluarkan hanya sesuai kuarta yang diberikan kepada daerah ini karena itu para pengusaha segera mungkin mengurusnya seperti tengang waktu yag diberikan oleh pihak provinsi kepada pengusaha travel.
Dijelaskannya dalam Pergub ini secara tidak langsung melegalkan keberadaan travel liar, syaratnya pemilik travel bersedia mengubah pelat mobilnya menjadi kuning. Dan Dinas Perhubungan dan Infokom Sumbar memberi tenggat sampai Juni 2013 mendatang kepada pemilik travel mendaftarkan diri. Jika sampai batas waktu tersebut pemilik travel liar tak juga mendaftar ke Pusat Pelayanan Perizinan Terpadu (PTSP) di masing-masing kota/kabupaten, maka Dishubkominfo Sumbar bersama aparat kepolisian menindak tegas awak travel liar.
Dimana syarat dan ketentuan harus mereka penuhi diantaranya, kendaraan tergabung dalam perusahaan angkutan, dan harus memiliki fasilitas keselamatan bagi penumpang seperti racun api, kotak P3K, dan palu kecil pemecah kaca. Sepanjang mereka tidak memenuhi persyaratan itu, maka kami tidak akan merekomendasikan menjadi angkutan penumpang resmi, ucapnya.
Dikabupaten Pessel dengan berubahnya mobil travel menjadi angkutan resmi maka keberadaan kendaraan angkutan umum (AKDP) mati dan sulit untuk mendapatkan penumpang sehingga banyak pengusaha menghentikan beroperasi (Gulung Tikar) karena selalu mengalami rugi.Seperti diketahui kendaraan AKDP yang masih beroperasi di Pessel antara lain, Mustika Rilla, Mansiro, Painan Jaya,Bayang Super dan HPS .
Dari pantauan Sedikitnya Bus Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang beroperasi di Kabupaten Pesisir Selatan memberikan imbas terhadap Terminal Sago di Kecamatan IV JUrai sebagai transit bus AKDP menjadi sepi.
Karena kendaraan AKDP yang masih beroperasi di Pessel kini hanya tinggal sedikit, padahal awalnya jumlah kendaraan AKDP itu lebih dari 100 unit. Dan bus AKDP itu tidak ngetem lagi diterminal namun masuk kota Painan.
Pengusaha AKDP memilih menjual kendaraanya daripada lebih banyak merugi,ini didasari oleh karena masyarakat lebih memilih naik travel liar untuk cepat sampai di tempat yang dituju.
Salah seorang pengusaha Bus AKDP di Pessel Heri 45 mengungkapkan ,pilihan menjual kendaraanya karena kondisi kendaraanya yang sudah semakin tua,kalau dilakukan peremajaan membutuhkan biaya besar,sedangkan nantinya kendaraan itu untuk bisa mendatangkan hasil tidak seberapa ."Merugi,percuma saja dilakukan peremajaan terhadap bus," ujarnya
Menurutnya,kondisi bus angkutan umum AKDP yang sudah tidak layak lagi dijadikan angkutan umum karena kondisi bus yang sudah tua.Sehingga para penumpang banyak yang beralih kepada kendaraan pribadi (travel liar) .
Sepinya penumpang karena kalah bersaing dengan kendaraan pribadi dengan plat hitam yang disewakan alias Travel liar tersebut membuat pengusaha kendaraan angkutan umum (AKDP) mengeluh karena sulit untuk mendapatkan penumpang sehingga banyak pengusaha gulung tikar dan menghentikan beroperasi karena selalu mengalami rugi.
Masyarakat lebih memilih naik travel liar untuk cepat sampai di tempat yang dituju, kendatipun berdesak-desakan namun animo masyarakat tetap memilih kendaraan angkutan tersebut (07)