Pesisir Selatan, 16/01/2019 - Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), memang tergolong daerah rawan bencana, hingga kini masih membutuhkan penambahan infrastruktur sebagai jalur evakuasi warga setempat.
Kepala BPBD Pessel, Herman Budiarto, menyebutkan, pihaknya masih membutuhkan penambahan shelter sebagai upaya antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, longsor atau tsunami.
"Benar, hingga kini pihak kami masih berupaya mengusulkan pembangunan shelter melalui dana APBD dan APBN. Namun, belum terealisasi," ucapnya saat di Painan. Selasa, (15/1).
Ia mengatakan, musibah atau bencana tidak dapat diprediksi kapan akan terjadi. Namun, masyarakat mesti waspada dan selalu siap ketika bencana itu datang. Menurut dia, tugas pemerintah adalah melindungi dan menjaga masyarakatnya dari segala bentuk ancaman yang akan melanda.
"Jadi, pembangunan shelter ini mesti disegerakan. Kita semua tidak tahu kapan bencana itu akan datang. Harapan kami tidak terlepas dari dukungan semua pihak, termasuk pemerintah provinsi dan pusat. Sebab, jika hanya mengandalkan APBD daerah saja, anggarannya tidak akan mencukupi," katanya.
Herman menuturkan, hingga kini pihaknya terus berupaya mensosialisasikan kepada masyarakat, khususnya mereka yang berdomisili di sepanjang bibir pantai dan kawasan perbukitan agar selalu meningkatkan kewaspadaan.
"Upaya yang sudah kami lakukan saat ini adalah, melakukan pembinaan kepada kelompok siaga bencana (KSB) di setiap kecamatan yang ada di Pessel. Sehingga kapanpun dan dimanapun mereka berada, masyarakat harus cepat melakukan evakuasi mandiri ketika bencana terjadi" ujarnya.
Ia menambahkan, selain fokus melakukan pembinaan kepada kelompok siaga bencana, saat ini sejumlah alat peringatan bencana tsunami yaitu EWS (Early Warning System) berjumlah sebanyak 11 unit, 4 shelter buatan ditambah 1 shelter alam.
"Dari 4 shelter yang terpasang diantaranya, di Pasir Ganting, Pasar Kambang, Amping Parak dan Surantih, sementara shelter alam ada di Kota Painan," tuturnya.
Terpisah, Teti (48), warga Painan mengatakan, kehadiran shelter pada kawasan padat penduduk yang berada di zona merah tsunami, merupakan kebutuhan krusial yang tidak bisa dipandang sebelah mata.
"Kami akui keberadaan shelter sangat diperlukan oleh masyarakat. Idealnya pada kawasan yang padat penduduk, seperti Tarusan, Painan, Salido, Sago, Pasar Baru Bayang, utamanya pada daerah yang tidak memiliki kawasan ketinggian," tuturnya. (15).