• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Cerita Petani Semangka, Alih Fungsi Lahan Untuk Tingkatkan Ekonomi Keluarga

11 September 2019

4945 kali dibaca

Cerita Petani Semangka, Alih Fungsi Lahan Untuk Tingkatkan Ekonomi Keluarga

Pesisir Selatan -- Alih fungsi lahan sawah dari tanaman padi ketanaman lainnya seperti tanaman semangka banyak dilakukan oleh masyarakat. Namun alasan petani untuk mengubah lahan persawahan untuk menjadi lahan tanaman Semangka cukup beralasan.

Alasan utamanya adalah terus  membangkitkan sumber pendapatan ekonomi  keluarga dan kemudian untuk mengatasi  penganguran akibat sawah yang terlantar terutama pada musim kemarau petani tidak bisa menanam padi akibat kekurangan air sawah 

Selain itu alih fungsi lahan ini dilakukan warga karena tanaman semangka produksinya cukup menjanjikan dan masa tanam hingga masa panen hanya selang waktu 60 hari saja dan tidak rawan kena penyakit tanaman. 

Pengakuan beberapa petani semangka di Kecamatan Bayang, mengaku memanfaatkan lahan sawah untuk  tanaman semangka sebagai tanaman selingan selain padi, sebab tanaman semangka masa panen tidak telalu lama hanya sekitar 2 bulan sudah bisa panen. 

Asril 45 seorang petani semangka di Koto Baru Bayang ketika ditemui Rabu (11/9) diladangnya mengungkapkan untuk bisa meningkatkan ekonomi keluarga lahan tidur sawah yang merupakan lahan tadah hujan harus diolahnya dan menanam semangka merupakan solusi yang tepat.

"Bila dikelola dengan baik tentu akan membuahkan hasil yang baik, dan petani tidak perlu lagi menunggu musim tanam  karena semangka dapat ditanam kapan saja" katanya 

Ketika pasca panen padi berlangsung  petani tidak melakukan penanaman ulang sawah mereka dengan padi namun petani  memilih  beralih kepada tanam semangka, dan berbagai tanaman lainnya seperti, jagung, kacang kedele, kacang tanah dalam memafatkan lahan yang ada. 

Senada disampaikan Rahim 60 menurutnya dalam pengembangan  tanaman semangka cendrung dilakukan masyarakat  tidak berkelompok, namun dilakukan secara individu karena biaya pengelolaanya yang besar di bandingan tanaman padi, maka  petani yang mengembangkan usaha tanaman ini jelas harus memiliki modal yang cukup untuk digunakan biaya pengolahan, beli pupuk dan biaya transportasi  dan lainnya. 

"Itu yang menjadi kendala sebagian besar petani semangka didaerah ini,Karena itu kebanyakan para petani semangka banyak yang memiliki hutang dan baru digantinya ketika musim panen datang," ujarnya.

Kondisi para petani akan semakin sulit jika panen semangka gagal ataupun diserang penyakit,jangankan untung yang didapat kerugian berlipat yang datang.Namun dalam kondisi saat ini  pemasarannya dinilai anjlok Rp 1500 sampai Rp 2 ribu per kg karena terjadi musim panen serentak, padahal ketika pasokan berkurang  harga buah semangka mencapai Rp 2500 sampai Rp 3500 per kg. 

Nada yang sama juga disampaikan zulfikar  47 warga Talaok kecamatan Bayanmg Pessel mengatakan, selama ini  tanaman buah semangka  diyakini memiliki hasil  produksi yang dapat dibanggakan,hasil produksi buah semangka  sangat  diminati oleh konsumen lokal maupun luar daerah dengan harga berperiasi berkisar sekitar Rp 2000 sampai dengan Rp 3500 per-kg, tergantung jenis dan khuwalitasnya. 

Kecamatan yang melakukan alih fungsi lahan terbanyak dilakukan di Kecamatan Bayang,selanjutnya Kecamatan Lengayang,Sutera,IV Nagari Bayang Utara,Linggosari Baganti,IV Jurai,Ranah Pesisir, Basa IV Balai Tapan.Dari data Dinas Tanaman Pangan ,Holtikultura dan Perkebunan pada luas  lahan yang diolah warga untuk menjadi lahan tanaman semangka 552 hektar. dan luas lahan yang panen sebesar 543 hektar .Dan ditargetkan pada Setiap tahun  jumlah lahan produksi juga meningkat dan hasil panennya juga meningkat . 

Dengan luas lahan yang diolah tersebut hasil produksi yang bisa dihasilkan sebanyak 10.900 ton dengan rata rata hasil setiap hektarnya adalah 20 ton. Dengan nilai jualnya Rp 5000- Rp 6000 perkilonya untuk hasil panen kualitas baik berkisar 5 kg keatas atau untuk kelas Ampera (Berat semangka kurang 3kg dengan harganya Rp 2500 perbutirnya . (07)