• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Dari edukasi ke aksi, cerita konservasi dari pantai amping parak

04 November 2025

4 kali dibaca

Dari edukasi ke aksi, cerita konservasi dari pantai amping parak

Amping Parak, Pesisir Selatan Alam bukan sekadar tempat berpijak, melainkan ruang belajar yang luas dan penuh makna. Kesadaran inilah yang ditunjukkan oleh siswa dan siswi SMA Negeri 1 Sutera serta SMA Negeri 1 Lengayang, Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Mereka membuktikan kepedulian terhadap bumi melalui Aksi Nyata Penanaman Mangrove dan Pelepasan Penyu yang digelar di Kawasan Konservasi Penyu Amping Parak, Senin, 3 November 2025.

Di bawah terik matahari yang bersahabat, para siswa tampak bersemangat menapaki pasir pantai. Di tangan mereka tergenggam bibit-bibit mangrove muda, tanaman pantai yang menjadi benteng alami melawan abrasi dan gelombang laut. Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi sebuah langkah kecil yang menyimpan makna besar: membangun kesadaran lingkungan sejak dini.


Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari kalangan akademisi. M. Arif, mahasiswa program doktoral (S3) dari Universitas Pendidikan Bandung, turut hadir dan memberikan motivasi kepada para peserta.
“Ini adalah aksi lingkungan hidup yang diikuti oleh siswa dari dua sekolah. Kegiatan seperti ini diharapkan mampu menumbuhkembangkan cinta lingkungan,” ujarnya. 

Arif menilai, pelibatan generasi muda dalam aksi nyata seperti ini menjadi modal penting bagi keberlanjutan lingkungan di masa depan. Menurutnya, pendidikan lingkungan sebaiknya tidak hanya berhenti di ruang kelas, tetapi harus hidup di lapangan melalui pengalaman langsung.

Sebelum turun ke lapangan, para siswa terlebih dahulu mengikuti sesi edukasi lingkungan di ruang belajar milik Pokmaswas LPPL Amping Parak, kelompok masyarakat pengawas laut yang aktif mengelola konservasi di wilayah tersebut.
“Kami menyiapkan bibit mangrove jenis Rhizophora. Jenis mangrove ini banyak dibudidayakan di sini karena cocok dengan karakteristik pantai Amping Parak,” jelas Haridman, Ketua Pokmaswas LPPL Amping Parak.

Selain penanaman mangrove, kegiatan ini juga diisi dengan pelepasan penyu hijau (Chelonia mydas), salah satu spesies penyu yang dilindungi penuh oleh negara karena statusnya yang terancam punah.
“Penyu hijau adalah jenis penyu yang dilindungi penuh dan terancam punah,” tambah Haridman dengan nada tegas.

Edukasi ini membuka mata siswa tentang pentingnya peran ekosistem mangrove dan penyu dalam menjaga keseimbangan alam. Mangrove berfungsi sebagai pelindung pantai dari abrasi, tempat hidup berbagai biota laut, sekaligus penyerap karbon alami. Sedangkan penyu hijau menjadi indikator kesehatan laut dan menjaga rantai ekosistem pesisir.


Setelah proses pembelajaran di ruangan usai, peserta kegiatan dipandu oleh Arifno Marza, salah satu aktivis muda lingkungan, menuju area penanaman. Dengan kaki yang sedikit terbenam di lumpur, siswa-siswa itu menanam bibit mangrove satu per satu. Keringat bercampur dengan tawa gembira, menandakan kerja keras yang dilakukan dengan hati.

Momen berharga itu mereka abadikan dalam foto dan video, bukan untuk gaya, melainkan sebagai tanda komitmen mereka terhadap bumi. Seusai menanam mangrove, rombongan bergerak ke bibir pantai untuk melepas penyu ke laut lepas. Detik ketika penyu-penyu kecil melangkah perlahan menuju ombak menjadi simbol pelepasan harapan akan laut yang tetap lestari dan generasi yang lebih peduli.

Aksi nyata di Amping Parak bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan bagian dari upaya membangun budaya ekologis di kalangan pelajar. Generasi muda diajak untuk memahami bahwa menjaga alam bukan tugas segelintir orang, tetapi tanggung jawab bersama. Inisiatif seperti ini juga menjadi cerminan bagaimana masyarakat lokal, sekolah, dan perguruan tinggi bisa bersinergi dalam pelestarian lingkungan. Pokmaswas LPPL Amping Parak telah lama dikenal aktif dalam kegiatan konservasi pesisir, dan kini mereka melibatkan anak muda sebagai penerus perjuangan. 

Aksi lingkungan di Amping Parak menjadi bukti bahwa masa depan bumi ada di tangan generasi muda. Mereka bukan hanya pewaris alam, tetapi juga penjaga keberlanjutannya. Setiap bibit mangrove yang tumbuh, setiap penyu yang kembali ke laut, adalah pesan harapan: bahwa bumi masih punya kesempatan untuk sembuh—asal kita mau bergerak bersama.

Dengan semangat hijau yang tumbuh dari pantai Amping Parak, Pesisir Selatan kembali menegaskan jati dirinya sebagai daerah yang tak hanya indah, tapi juga peduli terhadap kelestarian lingkungan. Dan siapa sangka, di balik pasir dan ombak itu, sedang tumbuh generasi penjaga bumi yang tangguh, rendah hati, dan penuh kasih pada alam.