Painan, September 2016
Pemerintah daerah (Pemda) Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), terus meningkatkan produktifitas tanaman jagung . Upaya itu dilakukan, karena jugang dapat dijadikan sebagai salah satu komoditi unggulan selain padi, cabai dan bawang merah.
Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktifitasnya saat ini adalah melalui program pengembangan jagung hibrida seluas 10 ribu hektare, dengan jumlah kelompok tani (Keltan) penerima manfaat sebanyak 356 kelompok.
Hal itu disampaikan Bupati Pessel yang diwakili Asisten I Bidang Pemerintahan Hukum dan Politik, Nazwir saat melakukan panen perdana jangung hibrida Bisi 18, di Kampung Koto Pandan Nagari Indrapura Timur Kecamatan Air Pura Selasa (27/9) lalu.
Pada panen perdana yang juga dihadiri Kepala Dinas Pertanian Pangan Hortikultura Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Pessel, Afrizon Nazar, Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumbar, Elfiana Anwar, Kepala BKPP Pessel, Emirda Ziswati, serta Dandim 0311 Pessel, Letkol Inf Setyia Asmara, dan lainya itu, hasil produksi 1 hektare lahan mencapai 10,8 ton.
" Jagung merupakan salah satu komoditi utama tanaman pangan yang mempunyai peran strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian bangsa. Bahkan komoditi ini menjadi penyumbang ke dua setelah padi terhadap PDRT nasional. Ini memang karena kebutuhan masyarakat terhadap jagung sangat tinggi dan juga multiguna. Dengan tercapainya hasil produksi sebesar 10,8 ton per hektare sebagai mana saat ini, sehingga di yakinidua tahun mendatang Pessel akan menjadi daerah pemasok utama di Sumbar," katanya.
Agar harapan itu tercapai, sehingga petani diminta untuk terus melakukan pengembagan tanaman jangung dengan cara tidak menelantarkan lahan. Bahkan upaya itu bisa dilakukan melalui sitem tanam silang dari padi, ke tanaman jagung dan lainya.
Harapan yang sama juga disampaikan Kadispertabun Pessel, Afrizon Nazar usai melakukan panen perdana jagung hibrita Bisi 18 yang dikembangkan Kelompok Tani Sawah Bukit I di Kampung Koto Pandan tersebut.
" Tahun ini melalui program Fielday gerakan pengembangan jagung hibrida, Pessel mendapat bantuan dari pusat seluas 10 ribu hektar. Kegiatan yang ditempatkan di 365 Keltan ini didanai oleh Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp 8.250 miliar. Melalui panen perdana ini, petani berhasil mendapatkan hasil produksinya sebanyak 10,8 ton per hektare," ungkapnya.
Dijelaskanya bahwa tanaman jagung merupakan jenis tanaman yang mudah tumbuh dan tidak sulit dalam perawatan serta juga tidak membutuhkan biaya yang tinggi.
" Karena potensi pengembanganya sangat besar di Pessel, terutama pada lahan-lahan kering akibat tidak memiliki jaringan irigasi, maka kepada petani diminta untuk mengembangkan tanaman ini," katanya.
Harapan itu disampaikanya karena jagung bisa menjadi alternatif pada lahan tidur terutama pada sawah tadah hujan yang sudah mengalami kekeringan.
Diakuinya bahwa peningkatan produksi jagung selama lima tahun terakhir selalu mengalami peningkatan di daerah itu. Dia berharap peningkatan itu kembali tercapai di tahun 2016 sesuai target yang dipasang sebesar 111.908 ton.
" Tahun 2011 produksi jagung Pessel 83.844 ton, tahun 2012 sebesar 99.030 ton, tahun 2013 sebesar 105.035 ton, tahun 2014 sebesar 107.695 ton, dan tahun 2015 menjadi 108.894 ton. Dengan tercapainya luas panen hingga 14.673 hektar pada tahun 2016 ini, maka target produksi yang dipasang sebesar 111.908 ton, diyakini akan tercapai pula. Sebab satu hektare lahan telah mampu menghasilkan produksi sebesar 10,8 ton sebagai mana saat ini," ungkapnya.
Ditambahkan lagi bahwa di tahun 2016 ini, Pessel juga mendapatkan bantuan integrasi sawit pengembangan tanaman jagung seluas 2.500 hektare.
" Bantuan yang akan akan disalurkan kepada 76 kelompok tani ini, akan dikembangkan di daerah-daerah sentra jagung. Diantaranya, Kecamatan Air Pura, Pancung Soal, Linggo Sari Baganti, Ranah IV Hulu, Lunang, Ranah Pesisir, Basa Ampek Balai Tapan, dan Kecamatan Silaut," tutupnya. (05)