• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Digitalisasi Pendidikan: Tantangan dan Peluang bagi Sekolah di Pesisir Selatan

24 Oktober 2025

256 kali dibaca

Digitalisasi Pendidikan: Tantangan dan Peluang bagi Sekolah di Pesisir Selatan

Transformasi digital telah menjadi salah satu agenda utama dalam pembangunan nasional, termasuk di bidang pendidikan. Digitalisasi pendidikan bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan yang mendesak di era Revolusi Industri 4.0. Di berbagai daerah, termasuk Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, proses ini mulai dirasakan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pendidikan. Namun, perjalanan menuju pendidikan digital di wilayah pesisir ini tidaklah mudah. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi, mulai dari keterbatasan infrastruktur hingga kesiapan sumber daya manusia. Meski demikian, di balik tantangan tersebut, tersimpan pula peluang besar untuk mewujudkan sistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan inovatif.

Pesisir Selatan, dengan bentangan geografisnya yang panjang dan karakteristik wilayah yang beragam antara pesisir dan perbukitan, menghadapi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan digitalisasi pendidikan. Akses terhadap jaringan internet masih menjadi hambatan utama, terutama di daerah-daerah terpencil seperti Lunang Silaut, Basa Ampek Balai Tapan, dan Lengayang bagian hulu. Banyak sekolah di wilayah ini masih mengalami kesulitan untuk mengakses internet secara stabil, padahal jaringan merupakan kunci utama dalam penerapan sistem pembelajaran digital. Kondisi ini membuat penerapan aplikasi e-learning, sistem ujian daring, atau penggunaan media pembelajaran berbasis digital tidak berjalan optimal.

Selain itu, keterbatasan fasilitas teknologi juga menjadi tantangan nyata. Banyak sekolah di daerah pesisir belum memiliki perangkat komputer atau tablet yang memadai. Bahkan, sebagian guru dan siswa masih harus berbagi satu perangkat untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran daring. Ketimpangan sarana ini menyebabkan kesenjangan digital antar sekolah semakin lebar. Sekolah-sekolah di kota kabupaten seperti Painan mungkin sudah mulai terbiasa menggunakan platform digital, sedangkan sekolah di daerah terpencil masih berkutat dengan masalah dasar seperti listrik dan koneksi internet yang tidak stabil.

Namun, tantangan terbesar mungkin bukan hanya pada aspek teknis, tetapi juga pada kesiapan sumber daya manusia. Tidak semua guru memiliki kemampuan literasi digital yang cukup untuk memanfaatkan teknologi dalam proses belajar mengajar. Sebagian guru masih menggunakan metode konvensional karena kurangnya pelatihan dan pendampingan. Hal ini menunjukkan bahwa digitalisasi pendidikan bukan hanya tentang menyediakan perangkat atau jaringan, tetapi juga tentang mengubah pola pikir dan budaya kerja di lingkungan sekolah. Guru harus menjadi agen perubahan yang mampu beradaptasi dengan teknologi, sementara siswa perlu didorong untuk menjadi pembelajar mandiri yang kreatif dan kritis.

Meski demikian, di balik berbagai hambatan tersebut, digitalisasi pendidikan juga membawa peluang besar bagi Pesisir Selatan. Salah satu peluang utama adalah perluasan akses terhadap sumber belajar. Dengan hadirnya teknologi digital, siswa di daerah pesisir kini bisa mengakses berbagai materi pembelajaran yang sebelumnya hanya tersedia di kota besar. Melalui platform seperti Rumah Belajar, Google Classroom, dan berbagai aplikasi pendidikan lainnya, siswa dapat belajar dari mana saja dan kapan saja. Ini menjadi langkah penting dalam mewujudkan pemerataan pendidikan di wilayah yang secara geografis sulit dijangkau.

Digitalisasi juga membuka peluang bagi sekolah untuk memperkaya metode pembelajaran. Teknologi memungkinkan guru untuk menghadirkan pembelajaran yang lebih interaktif dan menarik. Misalnya, melalui penggunaan video pembelajaran, simulasi virtual, atau platform kuis interaktif yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Di beberapa sekolah di Pesisir Selatan, terutama di tingkat SMP dan SMA, mulai muncul inisiatif untuk membuat konten pembelajaran lokal berbasis digital yang mengangkat kearifan lokal daerah, seperti budaya nelayan, pertanian kelapa, atau pariwisata bahari. Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran, tetapi juga memperkuat identitas budaya daerah.

Selain itu, digitalisasi pendidikan juga dapat mendorong efisiensi dalam manajemen sekolah. Penggunaan aplikasi berbasis data memungkinkan sekolah untuk mengelola administrasi dengan lebih cepat dan akurat. Sistem absensi digital, laporan nilai daring, hingga komunikasi antara sekolah dan orang tua melalui aplikasi pesan instan menjadi contoh nyata bagaimana teknologi mampu mempercepat proses manajerial. Di tingkat pemerintah daerah, digitalisasi ini juga membantu Dinas Pendidikan dalam melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap sekolah secara real-time.

Peluang lainnya terletak pada peningkatan kolaborasi antar sekolah dan guru. Melalui dunia digital, guru di Pesisir Selatan bisa terhubung dengan rekan sejawat dari daerah lain, berbagi praktik baik, serta mengembangkan inovasi pembelajaran bersama. Kolaborasi semacam ini dapat memperkaya pengalaman mengajar dan memperluas wawasan pedagogik. Selain itu, siswa pun dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan atau lomba berbasis daring yang memperluas jejaring dan kesempatan belajar mereka di tingkat nasional bahkan internasional.

Untuk memaksimalkan peluang ini, dukungan pemerintah daerah dan masyarakat menjadi faktor penentu. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan perlu berperan aktif dalam memperluas infrastruktur digital, terutama jaringan internet di daerah-daerah pelosok. Program seperti penyediaan Wi-Fi gratis di sekolah, bantuan perangkat belajar digital, dan pelatihan literasi digital bagi guru harus menjadi prioritas. Dinas Pendidikan dapat bekerja sama dengan penyedia layanan internet dan lembaga teknologi pendidikan untuk memastikan setiap sekolah memiliki akses yang memadai terhadap dunia digital.

Selain itu, pendekatan kolaboratif dengan masyarakat juga sangat penting. Orang tua perlu diberi pemahaman tentang pentingnya digitalisasi pendidikan agar mereka dapat mendukung anak-anaknya dalam proses belajar. Komunitas lokal dapat dilibatkan untuk membantu sekolah menyediakan fasilitas pendukung, misalnya dengan program gotong royong pengadaan perangkat atau pembangunan ruang belajar digital. Pendekatan berbasis komunitas ini tidak hanya mempercepat proses digitalisasi, tetapi juga memperkuat rasa kepemilikan masyarakat terhadap kemajuan pendidikan di daerahnya.

Ke depan, digitalisasi pendidikan di Pesisir Selatan tidak hanya harus dilihat sebagai sebuah program teknologi, melainkan sebagai gerakan sosial untuk meningkatkan kualitas manusia. Sekolah tidak boleh lagi menjadi ruang yang kaku, tetapi harus bertransformasi menjadi ekosistem pembelajaran yang adaptif dan terbuka terhadap perubahan. Dengan strategi yang tepat, digitalisasi dapat menjadi jembatan untuk mengurangi kesenjangan pendidikan antara kota dan desa, antara pusat dan pinggiran.

Kesimpulannya, digitalisasi pendidikan di Kabupaten Pesisir Selatan merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan sekaligus peluang. Keterbatasan infrastruktur dan sumber daya manusia masih menjadi hambatan nyata, namun dengan sinergi antara pemerintah, sekolah, guru, dan masyarakat, tantangan tersebut bisa diatasi. Pesisir Selatan memiliki potensi besar untuk menjadi contoh daerah yang sukses dalam menerapkan pendidikan digital berbasis kearifan lokal. Jika transformasi ini terus diupayakan secara konsisten, maka masa depan pendidikan di Pesisir Selatan akan menjadi lebih cerah, inklusif, dan berdaya saing tinggi di era global yang serba digital.