• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Dinkes Pessel Terus Tingkatkan Pengetahuan Dokter Umum Puskesmas Tentang Kesehatan Jiwa

24 Juli 2019

238 kali dibaca

Dinkes Pessel Terus Tingkatkan Pengetahuan Dokter Umum Puskesmas Tentang Kesehatan Jiwa

Pesisir Selatan--Gangguan jiwa yang juga dikenal dengan sebutan penyakit kejiwaan merupakan pola psikologis atau perilaku yang pada umumnya terkait dengan stres. Hal itu tidak dianggap sebagai bagian dari perkembangan normal manusia.

Sedangkan dengan masih kuatnya stigma negatif terhadap depresi dan gangguan kejiwaan, menjadi penghalang besar penderita mendapatkan penanganan. Sebab penderita kerap mengabaikan gejala depresi yang dihadapinya.

Demikian disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Satria Wibawa melalui Kepala Bidang (Kabid) P2P Kadriadi, Rabu (24/7).

Disampaikanya bahwa untuk meningkatkan pengetahuan petugas medis, terutama sekali bagi tenaga dokter di Puskesmas, pihaknya juga sudah melakukan pelatihan program kesehatan jiwa.

"Kegiatan yang diikuti oleh penanggung program Jiwa Puskesmas dan 20 orang dokter umum Puskesmas se-Kabupaten Pessel dengan narasumber berasal dari Dokter Spesialis Jiwa RSUD Dr Muhammad Zein Painan dr Jhon itu, diselanggarakan pada Jumat (19/7) lalu," katanya.

Disampaikanya bahwa melalui pelatihan itu maka peningkatan kualitas pelayanan, serta hal-hal yang berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan dan pengetahuan tenaga medis dalam melakukan penanganan masyarakat akan semakin meningkat.

"Itu sangat diharapkan, sebab dengan masih kuatnya stigma negatif terhadap depresi dan gangguan kejiwaan, menjadi penghalang besar penderita mendapatkan penanganan. Penderita kerap mengabaikan gejala depresi yang dihadapinya berlarut-larut karena tidak ingin atau tidak siap disebut sebagai orang gila," jelasnya.

Padahal tanpa intervensi dini, depresi yang dialami akan semakin berat, bahkan bisa berujung pada bunuh diri. Bahkan WHO pada 2017 lalu memperkirakan, ada lebih dari 30 juta orang didunia mengalami depresi.

Dijelaskan lagi bahwa pada tahun 2020, diperkirakan beban akibat gangguan jiwa ini menempati urutan kedua setelah penyakit jantung dan pembuluh darah.

"WHO juga menyebut setiap 40 detik terjadi kasus bunuh diri akibat depresi berat. Di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan, prevalensi penduduk usia 15 tahun keatas yang menderita gangguan jiwa sebanyak 6 persen atau sekitar 14 juta orang," jelasnya.

Ditambahkan lagi bahwa di Pessel jumlah Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) terdata sebanyak 805 orang. Dari jumlah itu, tahun 2017 jumlah angka pasung sebanyak 30 orang, tahun 2018 sebanyak 23 orang, dan tahun 2019 hingga bulan Mai sebanyak 15 orang.

Diungkapkanya bahwa untuk menyikapi masalah kesehatan jiwa itu perlu dilakukan beberapa upaya.

"Diantaranya, menerapkan sistem pelayanan kesehatan yang komprehensif, terintegrasi dan berkesinambungan di masyarakat. Menyediakan sarana dan prasarana dan sumber daya yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan jiwa, termasuk obat, alat kesehatan dan ruangan konsultasi jiwa. Serta menggerakkan masyarakat lintas sektoral untuk melakukan upaya promotif dan preventif serta deteksi dini gangguan jiwa dan melakukan upaya rehabilitasi," terangnya.

Sedagkan upaya lain yang tidak kalah pentingnya adalah pemberdayaan ODGJ agar dapat hidup mandiri, produktif, dan percaya diri ditengah masyarakat. Termasuk juga agar bebas dari stigma disriminasi atau rasa takut, malu serta ragu-ragu.

"Semua upaya ini jelas akan ditentukan oleh kepedulian keluarga, sermasuk juga masyakat lingkungan itu sendiri," tutupnya. (05)