• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Implementasi Program Nagari Mangaji melalui Gerakan Didikan Subuh di Kabupaten Pesisir Selatan

03 November 2025

4 kali dibaca

Implementasi Program Nagari Mangaji melalui Gerakan Didikan Subuh di Kabupaten Pesisir Selatan

Oleh: Yoni Syafrizal

Program Nagari Mengaji yang digagas oleh Bupati Pesisir Selatan (Pessel), Hendrajoni, bersama Wakil Bupati Risnaldi Ibrahim, merupakan salah satu upaya unggulan pemerintah daerah dalam memperkuat nilai-nilai keagamaan dan budaya lokal di tengah masyarakat. 

Salah satu kegiatan yang sejalan dengan semangat tersebut adalah Didikan Subuh yang rutin dilaksanakan oleh TPA/TPSA di berbagai nagari. Kolaborasi antara dua kegiatan ini menjadi langkah strategis dalam membentuk generasi muda yang beriman, berakhlak, dan mencintai adat serta budaya daerahnya.

Didikan Subuh sejatinya bukan hanya ajang ibadah berjamaah di waktu subuh, tetapi juga wadah pembinaan karakter dan disiplin sejak dini. Sementara itu, Nagari Mangaji adalah gerakan yang mendorong masyarakat nagari untuk hidup berdampingan dengan nilai-nilai Qur'ani dalam keseharian. 

Dengan mengintegrasikan keduanya, Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan berpeluang memperkuat sistem pembinaan moral yang berkesinambungan dari tingkat anak-anak hingga dewasa.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah penyelarasan visi dan misi antara pengelola TPA/TPSA dengan program Nagari Mangaji. Setiap lembaga pendidikan Al Qur'an perlu menyesuaikan kegiatan Didikan Subuh agar tidak hanya menekankan pada ibadah ritual, tetapi juga pembinaan akhlak, kedisiplinan, serta pemahaman nilai "adat basandi syara, syara basandi Kitabullah". Dengan visi yang sama, kegiatan di lapangan akan lebih terarah dan sesuai dengan cita-cita pembangunan religius di nagari.

Langkah kedua yaitu penguatan kapasitas guru dan tenaga pendidik. Pemerintah daerah bersama Kantor Urusan Agama (KUA) dan lembaga keagamaan setempat dapat memberikan pelatihan kepada ustaz dan guru TPA/TPSA agar memahami konsep integrasi program Nagari Mangaji. Selain pelatihan, pemberian insentif dan penghargaan kepada pengajar Didikan Subuh perlu menjadi perhatian agar semangat mereka tetap terjaga.

Selanjutnya, pengintegrasian kegiatan Didikan Subuh ke dalam kurikulum TPA/TPSA menjadi strategi penting. Jadwal kegiatan dapat diatur secara rutin, misalnya setiap hari Minggu pagi atau subuh berjamaah di masjid yang ada di nagari. Dilanjutkan dengan pembelajaran Al Qur'an, hafalan surat pendek, kisah nabi, dan nilai-nilai adat yang Islami. Dengan pola kegiatan yang terstruktur, anak-anak akan terbiasa menjalani rutinitas positif sejak dini.

Keberhasilan kolaborasi ini juga memerlukan sinergi antar unsur nagari, seperti pemerintah nagari, pengurus masjid, guru mengaji, tokoh masyarakat, serta orang tua murid. Pemerintah nagari dapat berperan sebagai fasilitator dan penyedia dukungan anggaran, sementara masyarakat ikut serta dalam pelaksanaan dan pengawasan kegiatan. Kolaborasi ini memastikan bahwa Didikan Subuh bukan sekadar program seremonial, melainkan gerakan bersama seluruh warga nagari.

Selain itu, fasilitas pendukung kegiatan juga harus menjadi perhatian. Pemerintah daerah dan nagari dapat mengalokasikan sebagian dana desa atau program sosial keagamaan untuk memperbaiki sarana belajar TPA/TPSA, seperti ruang belajar, perlengkapan ibadah, alat peraga pendidikan, dan penerangan di masjid. Fasilitas yang memadai akan membuat anak-anak lebih nyaman dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan Didikan Subuh.

Agar program berjalan efektif, perlu diterapkan sistem evaluasi dan pemantauan berkala. Pemerintah nagari bersama lembaga keagamaan dapat membuat laporan perkembangan mingguan atau bulanan yang mencakup jumlah peserta, tingkat kehadiran, capaian hafalan, serta perubahan perilaku anak-anak. Evaluasi semacam ini penting untuk memastikan bahwa tujuan program benar-benar tercapai sesuai harapan.

Di sisi lain, pelibatan orang tua dan keluarga menjadi faktor yang tidak kalah penting. Didikan Subuh tidak akan berhasil tanpa dukungan keluarga di rumah. Orang tua perlu menjadi contoh dan membimbing anak-anak untuk rajin beribadah serta menjaga kedisiplinan waktu. 

Program "Orang Tua Mengaji" atau "Keluarga Qur'ani" bisa menjadi pelengkap kegiatan Didikan Subuh agar nilai-nilai yang ditanamkan juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain pembinaan keagamaan, kegiatan ini juga harus memperkuat budaya dan identitas lokal nagari. Anak-anak dapat diajak mengenal nilai-nilai adat Minangkabau melalui kisah inspiratif, permainan tradisional, atau kegiatan seni budaya Islami seperti nasyid dan randai bernuansa religius. Dengan begitu, Didikan Subuh tidak hanya membentuk generasi religius, tetapi juga generasi yang bangga dengan jati diri nagarinya.

Untuk menjaga semangat anak-anak, diperlukan program apresiasi dan penghargaan seperti lomba hafalan Al Qur'an, adzan terbaik, dan peserta paling disiplin. Penghargaan sederhana dari wali nagari atau pengurus masjid dapat menjadi dorongan besar bagi mereka untuk terus berpartisipasi aktif. Selain itu, penghargaan bagi ustaz atau guru TPA/TPSA berprestasi juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.

Langkah berikutnya adalah publikasi dan sosialisasi kegiatan. Pemerintah nagari dan kabupaten perlu memanfaatkan media sosial, radio lokal, serta papan informasi nagari untuk mengabarkan perkembangan kegiatan Didikan Subuh dan Nagari Mangaji. Publikasi yang baik akan meningkatkan kesadaran masyarakat dan membuka peluang kemitraan dengan lembaga pendidikan, organisasi keagamaan, maupun pihak swasta.

Untuk menjaga keberlanjutan, perlu adanya dukungan anggaran yang transparan dan berkelanjutan. Pemerintah daerah harus memastikan dana program keagamaan dan pendidikan TPA/TPSA dianggarkan secara rutin dalam APB Nagari atau APBD Kabupaten. Pengelolaan yang transparan akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat sekaligus memastikan keberlangsungan program jangka panjang.

Selain itu, pemanfaatan teknologi pembelajaran modern dapat membantu meningkatkan efektivitas Didikan Subuh. 

Misalnya, penggunaan aplikasi hafalan Al Qur'an, video ceramah pendek, atau media pembelajaran interaktif berbasis nilai-nilai lokal. Dengan pendekatan yang menarik, anak-anak akan lebih semangat dan tidak merasa bosan dalam proses belajar agama.

Terakhir, perlu dilakukan evaluasi dan penyempurnaan program secara berkelanjutan. Setelah satu tahun berjalan, pemerintah kabupaten dapat meninjau hasil pelaksanaan di setiap nagari. Seperti tingkat partisipasi anak, efektivitas metode, dan dampak sosialnya terhadap masyarakat. Dari hasil evaluasi tersebut, dapat disusun langkah-langkah perbaikan agar program menjadi semakin kuat dan relevan.

Dengan kolaborasi yang solid antara TPA/TPSA, masyarakat, dan pemerintah melalui program unggulan Nagari Mangaji, kegiatan Didikan Subuh di Kabupaten Pesisir Selatan dapat menjadi gerakan kebangkitan moral dan spiritual generasi muda. Program ini bukan sekadar rutinitas ibadah, melainkan investasi sosial yang akan melahirkan generasi Qur'ani, berakhlak mulia, serta mencintai adat dan budaya nagari.