Pesisir Selatan - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PU-PR) Kabupaten Pesisir Selatan, bakal merehab jembatan gantung di Kenagarian Koto VIII Pelangai, Kecamatan Ranah Pesisir, melalui dana rutin 2019 dari dinas setempat.
"Ya, jembatan gantung yang ada di Kenagarian Koto VIII Pelangai, Agustus ini akan kami rehab menggunakan dana rutin dari dinas. Nanti, untuk peningkatannya bakal kami usulkan pula melalui Kementerian PU di 2020 sesuai kebutuhannya," ujar Kabid Bina Marga PU-PR Pessel, Digdian Budiman, Rabu (24/7) di Painan.
Hingga kini, kata dia, sebanyak 10 jembatan gantung yang tersebar di daerah berjuluk Negeri Sejuta Pesona itu, sudah dilakukan pemeliharaan. Hal tersebut sesuai harapan dan keinginan masyarakat setempat.
"Secara keseluruhan, sudah 11 jembatan gantung yang kami lakukan pemeliharaan menggunakan dana rutin dinas, termasuk jembatan gantung Koto VIII Pelangai," ucapnya.
Sementara itu, untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat di Kabupaten Pesisir Selatan, pada 2018 satu jembatan permanen rangka baja sudah dilaksanakan pembangunannya di Nagari Nyiur Gading, Kecamatan Lengayang, dimana pondasinya dibangun melalui anggaran DAU dari dinas setempat, sementara untuk rangka baja bantuan dana hibah Kementrian PU-PR sekitar Rp3 miliar.
"Untuk peningkatan jembatan gantung ke jembatan rangka, 2019 ini pihak kami juga membangun sebuah jembatan permanen di Nagari Binjai, Ranah Ampek Hulu Tapan. Saat ini, sedang proses pembangunan pondasi, sesuai rencana tahun depan bakal kami ajukan proposal ke pusat untuk bantuan rangka baja," tuturnya.
Sebelumnya, sebuah jembatan gantung di Kenagarian Koto VIII Pelangai, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, kondisinya sangat miris. Betapa tidak, lantai papan nan lapuk penuh lubang itu, hingga kini masih saja dilewati warga sekitar sebagai akses penghubung antar kampung mereka.
Wali Nagari Koto VIII Pelangai, Syafridul kepada wartawan menyebutkan, sebelumnya pada 2016, jembatan itu sempat diperbaiki menggunakan dana aspirasi dewan. Namun, kembali rusak parah sejak delapan bulan terakhir.
"Ya, dulu pernah diperbaiki menggunakan dana aspirasi Pak Syaiful Ardi anggota DPRD Provinsi. Namun, sekarang rusak lagi," katanya pada Haluan.
Ia mengatakan, jembatan gantung itu merupakan akses penghubung antar dua nagari, yakni masyarakat Koto VIII Pelangai dengan Sungai Liku. Bahkan, sebanyak 800 KK dan 2000 jiwa lalu lalang setiap harinya mengangkut hasil panen mereka.
"Sekarang kondisi lantainya sudah banyak yang bolong dan lapuk. Bahkan tak bisa lagi dilewati kendaraan roda dua. Namun, masih saja warga nekat melaluinya," ucapnya dengan polos.
Syafridul menjelaskan, pada 13 November 2018 lalu, kondisi tersebut sudah dilaporkan ke pemerintah kabupaten melalui proposal.
"Proposal sudah kami ajukan ke Dinas PU-PR melalui bagian Bina Marga. Dan bulan puasa 2019 kemarin sudah ditinjau oleh dinas terkait. Ya, mudah-mudahan saja ada solusinya," ujarnya penuh harap.
Ia menambahkan, hingga kini masyarakat sekitar masih berupaya memperbaiki jembatan sepanjang 72 meter dan lebar 3 meter itu, dengan cara swadaya. Tujuannya agar bisa dilewati warga saat musim panen menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.
"Saat ini warga gotong royong menggesek pohon kelapa untuk dijadikan lantai jembatan. Semua masyarakat berjibaku saling tolong menolong untuk biaya satu kubik Rp700 ribu. Bahkan, untuk keperluan paku dan sebagainya disumbangkan dari toko bangunan, sedang biaya kopi dan rokok dibantu pula orang warung setempat. Saya salut dan apresiasi, masyarakat begitu kompak," tuturnya lirih (15)