PESISIR SELATAN -- Kelompok Wanita Tani (KWT) di Nagari Aur Duri Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat kembangkan budidaya sayur mayur dalam memandirikan kebutuhan kelompok dan memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar untuk keperluan sehari-hari.
Kelompok wanita tani adalah KWT Anggrek Putih Kampung Pasir Nan Panjang, Nagari Aurduri Surantih. Di seluas lahan 50 meter pesergi, para ibu-ibu yang tergabung dalam KWT ini membudidayakan berbagai jenis tanaman sayur untuk mengaktifkan KWT mereka.
Seperti pada Sabtu 1 September 2018 pagi, saat berkujung ke lokasi tempat pembudidayaan sayur mayur KWT ini. Terdapat sejumlah sayur mayur segar, seperti Sawi Kwaci, Kangkung Subur, Seladri, Bawang Prai, Asam Belimbing, Cabai Rawit, hingga Terung Boncel, dan bibit unggulan Pepaya Madu tumbuh dengan subur dan terawat.
Tiga bulan sejak masa tanam, sayur mayur KWT ini sudah mulai memiliki propesk yang jelas, meski belum tahap panen. Salah satu manfaat yang diperlukan, adalah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kelompok, dan memenuhi kebutuhan sayur mayur masyarakat setempat.
"Sudah ada juga yang memesan untuk dibawa ke pasar-pasar. Tapi, sejauh itu kami tentu utamakan untuk kebutuhan kelompok dan masyarakat sekitar. Sebab, untuk kebutuhan sayur saat ini cukup sulit didapat. Meski, sebagian lain juga masih dapat ditemukan di pasar-pasar," sebut Ketua KWT Anggrek Putih Pasir Nan Panjang Aur Duri Surantih, Erni Marlina.
Untuk mengembangkan budidaya sayur mayur sendiri, KWT Anggrek Putih Pasir mengelola tanaman bibit sayur mereka dengan sebanyak 34 orang pengurus. Pengembangan, diantaranya bersumber dari swadaya kelompok dan memanfaatkan bantuan dari pemerintah nagari setempat.
"Seperti bibit sayur itu, kami dari penggurus kelompok yang mencari. Dan dari nagari sudah banyak juga, yang kami dapat, seperti Cabai Rawit, Terung Boncel, dan bibit unggulan Pepaya Madu, dan Alhamdulillah hasilnya cukup memuaskan," jelasnya.
Menurut Erni, untuk pengembangan budi daya sayur mayur, pengurus kemlompok mengandalkan pupuk organik. Sebab, selain irit, biaya manfaat juga dilihat sangat baik terhadap pembudidayaan sayur mayur.
"Pupuknya, saat ini hanya dari bekas kotoran hewan ternak. Ditambah seperti, pupuk-pupuk alami lainnya, yang dianggap bisa untuk membuat tanaman subur dan segar,"terangnya.
"Dan setiap, pagi dan sore hari kami rutin menyiraminya. Kecuali saat hujan, kami cukup hanya memperhatikan, supaya tidak ada yang rusak akibat diguyur hujan," ujarnya.
Lanjut Erni berharap, selain adanya perhatian dari nagari, KWT Anggrek Putih juga mengharapkan ada pembinaan atau sentuhan pemberdayaan dari UPTD atau Dinas Pertanian setempat. Sebab, selain sulit mengembangkan pertanian secara mandiri, kelompok juga sulit mendapatkan bibit unggul dan menjaga kelestarian kelompok, tidak terkendala bibit untuk berkembang. (08)