• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Menata Hunian, Membangun Peradaban: Strategi Pembangunan Kawasan Permukiman Berkelanjutan

15 Oktober 2025

86 kali dibaca

Menata Hunian, Membangun Peradaban: Strategi Pembangunan Kawasan Permukiman Berkelanjutan

Pembangunan kawasan permukiman merupakan salah satu aspek penting dalam upaya menciptakan kehidupan yang layak, aman, dan sejahtera bagi masyarakat. Permukiman bukan sekadar tempat tinggal, tetapi juga ruang sosial, ekonomi, dan budaya tempat interaksi manusia berkembang. Ketika sebuah kawasan permukiman tertata dengan baik, maka peradaban masyarakat pun tumbuh dengan lebih bermartabat. Oleh karena itu, menata hunian berarti membangun fondasi peradaban yang berkelanjutan, di mana manusia dan lingkungan hidup berdampingan secara harmonis.

Kawasan permukiman berkelanjutan memiliki ciri utama: perencanaan yang matang, lingkungan yang sehat, aksesibilitas yang baik, serta keterpaduan antara fungsi sosial dan ekonomi. Pemerintah bersama masyarakat dan sektor swasta memiliki tanggung jawab bersama untuk mewujudkannya. Dalam konteks pembangunan nasional, penataan kawasan permukiman tidak hanya berbicara tentang penyediaan rumah, tetapi juga mengenai bagaimana mengatur tata ruang yang efisien, memperhatikan aspek lingkungan, serta menjamin ketersediaan sarana dan prasarana dasar seperti air bersih, sanitasi, transportasi, dan fasilitas publik.

Indonesia menghadapi tantangan besar dalam sektor permukiman, terutama akibat pertumbuhan penduduk dan urbanisasi yang sangat cepat. Kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan terus mengalami peningkatan jumlah penduduk yang signifikan setiap tahun. Hal ini menimbulkan tekanan besar terhadap ketersediaan lahan dan infrastruktur dasar. Jika tidak dikelola dengan baik, situasi tersebut berpotensi melahirkan kawasan kumuh, ketimpangan sosial, serta penurunan kualitas lingkungan. Oleh karena itu, strategi pembangunan kawasan permukiman berkelanjutan harus menjadi prioritas dalam kebijakan publik.

Salah satu strategi utama yang perlu dikedepankan adalah perencanaan tata ruang berbasis data dan partisipatif. Pemerintah daerah perlu memiliki basis data yang akurat terkait kepadatan penduduk, kondisi sosial ekonomi, serta kebutuhan infrastruktur di setiap wilayah. Dengan data yang baik, kebijakan pembangunan dapat lebih tepat sasaran dan efisien. Di sisi lain, pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan juga penting agar penataan permukiman sesuai dengan kebutuhan nyata warga. Pendekatan partisipatif ini mampu menciptakan rasa memiliki (sense of belonging) sehingga masyarakat turut menjaga dan mengembangkan lingkungannya.

Strategi berikutnya adalah penguatan infrastruktur dasar permukiman. Kualitas sebuah kawasan permukiman tidak hanya ditentukan oleh bangunan tempat tinggal, tetapi juga oleh sarana penunjang kehidupan di sekitarnya. Jalan lingkungan yang baik, sistem drainase yang lancar, pengelolaan sampah yang teratur, serta jaringan air bersih dan sanitasi layak merupakan fondasi utama terciptanya lingkungan yang sehat. Pemerintah melalui program nasional seperti PUPR (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) terus berupaya memperkuat infrastruktur dasar ini, terutama di kawasan perdesaan dan pinggiran kota. Upaya tersebut tidak hanya memperbaiki kualitas fisik lingkungan, tetapi juga meningkatkan taraf hidup dan kesehatan masyarakat.

Selain itu, konsep permukiman hijau dan ramah lingkungan menjadi arah baru pembangunan masa kini. Krisis iklim global telah mengajarkan bahwa pembangunan fisik tidak boleh mengorbankan keberlanjutan alam. Penerapan teknologi ramah lingkungan, penggunaan energi terbarukan, dan pemanfaatan ruang terbuka hijau merupakan langkah konkret yang dapat dilakukan di kawasan permukiman. Desain rumah yang hemat energi, penggunaan material bangunan lokal yang berkelanjutan, serta sistem pengelolaan air hujan adalah contoh inovasi kecil yang dapat memberi dampak besar bagi lingkungan. Pembangunan semacam ini tidak hanya menekan emisi karbon, tetapi juga menciptakan lingkungan yang nyaman dan sehat bagi penghuninya.

Di sisi lain, pembangunan kawasan permukiman berkelanjutan juga harus memperhatikan aspek sosial dan ekonomi masyarakat. Sebuah kawasan tidak akan hidup jika hanya dihuni oleh bangunan tanpa aktivitas sosial yang sehat. Oleh karena itu, perencanaan permukiman harus menyediakan ruang-ruang interaksi seperti taman, balai warga, atau pusat kegiatan ekonomi lokal. Ruang publik yang memadai dapat mempererat hubungan antarwarga, meningkatkan solidaritas sosial, dan menghidupkan perekonomian mikro di tingkat komunitas. Pemberdayaan masyarakat melalui koperasi, UMKM, dan ekonomi kreatif berbasis permukiman juga menjadi langkah strategis untuk menciptakan kawasan yang mandiri dan berdaya saing.

Kebijakan pemerataan pembangunan antarwilayah juga menjadi faktor penting. Selama ini, pembangunan permukiman sering kali terpusat di wilayah perkotaan besar, sementara daerah perdesaan tertinggal dalam hal infrastruktur dan fasilitas dasar. Ketimpangan ini menyebabkan arus urbanisasi semakin tinggi, yang berujung pada penumpukan penduduk di kota dan munculnya kawasan kumuh. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah perlu memperkuat program pembangunan permukiman di daerah-daerah berkembang melalui penyediaan rumah layak huni, peningkatan akses air bersih, dan pembangunan sarana sosial dasar. Dengan demikian, kesejahteraan dapat dirasakan secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat.

Selain dari sisi kebijakan dan infrastruktur, pendidikan dan kesadaran masyarakat juga berperan besar dalam menciptakan kawasan permukiman yang berkelanjutan. Kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, menggunakan sumber daya secara bijak, dan menjaga harmoni sosial merupakan fondasi perilaku berkelanjutan. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan komunitas lokal dapat berkolaborasi dalam kampanye edukatif untuk membangun budaya hidup bersih, tertib, dan ramah lingkungan. Pembangunan fisik tanpa diimbangi dengan pembangunan karakter hanya akan melahirkan permukiman yang rapuh dan tidak berumur panjang.

Transformasi menuju kawasan permukiman berkelanjutan juga membutuhkan dukungan teknologi. Digitalisasi tata ruang dan sistem informasi geografis (GIS) dapat membantu pemerintah memantau kondisi lingkungan secara real time. Teknologi ini memungkinkan pengambilan keputusan yang cepat dan akurat dalam penataan ruang, identifikasi risiko banjir, atau pengendalian pembangunan ilegal. Dengan integrasi sistem digital, pembangunan permukiman tidak hanya efisien tetapi juga transparan dan akuntabel.

Pada akhirnya, pembangunan kawasan permukiman berkelanjutan bukan hanya tentang membangun rumah, melainkan membangun kehidupan. Setiap batu bata, setiap jalan lingkungan, dan setiap taman yang dibangun adalah simbol dari kemajuan peradaban manusia yang menghargai keseimbangan antara kebutuhan hidup dan kelestarian alam. Ketika hunian tertata dengan baik, masyarakat akan hidup lebih harmonis, produktif, dan bahagia.

Menata hunian berarti menata masa depan bangsa. Dalam hunian yang layak, anak-anak tumbuh dengan sehat, masyarakat beraktivitas dengan produktif, dan budaya gotong royong tetap terjaga. Kawasan permukiman yang berkelanjutan bukan hanya hasil kerja pembangunan fisik, tetapi juga cermin dari peradaban yang menghargai manusia dan alamnya. Jika setiap pembangunan permukiman dilakukan dengan visi keberlanjutan, maka Indonesia akan melangkah menuju masa depan yang tidak hanya maju secara ekonomi, tetapi juga beradab secara sosial dan ekologis.