Pesisir Selatan--Penjabat Sekretaris Daerah (Pj Sekda) Kabupaten Pesisir Selatan, Evafauza Yuliasman, SE, M.Si, Datuak Tigo Lareh, menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan Lomba Resensi Buku yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Pesisir Selatan, Selasa (21/10/2025).
Saat dihubungi Rabu (22/10/2025), Evafauza menyebut bahwa kegiatan yang diikuti oleh 50 pelajar tingkat SMP, SMA, dan MA tersebut merupakan bagian penting dalam mendukung visi Nagari Pandai 2025-2030, sekaligus investasi intelektual bagi generasi muda di daerah.
"Lomba ini bukan hanya ajang adu keterampilan menulis. Ini langkah nyata membangun generasi yang literat, berpikir kritis, dan siap menghadapi tantangan global," ungkapnya.
Menurut Evafauza, literasi bukan sekadar kegiatan membaca dan menulis, tetapi bagian dari proses pembentukan pola pikir masyarakat yang cerdas dalam menyaring informasi serta mampu menyampaikan gagasan secara sistematis.
Ditegaskannya bahwa membangun budaya literasi membutuhkan kerja sama lintas sektor, mulai dari keluarga, satuan pendidikan, hingga dukungan penuh pemerintah nagari dan daerah. Literasi, katanya, tidak bisa dibangun secara instan.
"Kegiatan seperti lomba resensi buku menjadi pendekatan yang sangat efektif. Anak-anak dilatih untuk memahami isi buku, lalu mengekspresikannya dalam tulisan. Ini melatih logika, imajinasi, dan keberanian mereka," jelasnya.
Evafauza menekankan bahwa gerakan literasi perlu diperluas hingga ke tingkat kecamatan dan nagari, termasuk mendorong lahirnya komunitas literasi di sekolah-sekolah agar budaya baca tidak hanya hidup dalam ruang kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Ia juga mengingatkan bahwa pembangunan daerah tidak cukup hanya fokus pada infrastruktur, tetapi juga pada kualitas sumber daya manusia, yang diawali dengan kemampuan dasar dalam membaca, berpikir, dan menulis secara kritis.
"Nagari Pandai tidak akan lahir dari masyarakat yang pasif. Literasi adalah denyutnya. Dan gerakan ini harus menyeluruh dari sekolah, rumah, hingga balai adat yang ada di nagari," tegasnya.
Evafauza pun mendorong seluruh elemen, termasuk guru, kepala sekolah, orang tua, dan organisasi masyarakat sipil, untuk menjadikan literasi sebagai kebiasaan, bukan sekadar proyek tahunan.
"Budaya membaca harus tumbuh sebagai kebutuhan, bukan kewajiban. Kita ingin anak-anak membaca bukan karena disuruh, tapi karena memang mereka ingin tahu dan ingin berkembang," tutupnya.