• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm

08 Maret 2012

567 kali dibaca

PESSEL MILIKI POTENSI PENGEMBNGAN BUDIDAYA BANDENG

Painan, Maret ----

Lima kecamatan di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat berpotensi sebagai daerah pengembangan budidaya ikan bandeng. Kita punya lahan (areal) sekitar 650-an hektar di lima kecamatan yang berpotensi sebagai pengembangan budidaya ikan bandeng. Dari luas potensi itu baru sekitar 150 hektar yang baru tergarap,  kata Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Pesisir Selatan, Edwil Noer di Painan, kemarin. 

Lima kecamatan tersebut, Koto XI Tarusan, Batangkapas, Sutera, Lengayang dan Pancung Soal. Areal terluas terdapat di Kecamatan Koto XI Tarusan sekitar 280 hektar. Selebihnya tersebar di empat kecamatan lainnya.
Di Koto XI Tarusan pengembangan ikan yang merupakan umpan ikan tuna itu sudah dimulai sejak tahun 2009. Jumlah tambak 48 unit, yang dikembangkan oleh kelompok nelayan pada lahan seluas 20 Hektar di Kenagarian Ampang Pulai.

Pada 2010, kembali dilakukan pengembangan dilokasi yang sama untuk 30 tambak. Pengembangan tersebut seiring semakin banyaknya permintaan ikan tersebut untuk memenuhi kebutuhan utama pengusaha tangkap ikan tuna.  Usaha tersebut ternyata membawa dampak ekonomi yang cukup besar bagi kelompok nelayan disana. Satu ekor ikan bandeng dapat dijual dengan harga Rp500 - Rp600 pascapanen. 

Edwil menyebutkan, masa panen yang dilakukan kelompok nelayan disana untuk mencapai harga tersebut yakni selama tiga bulan. Satu tambak ikan berjumlah minimal 20 ribu ekor. Dalam mengusahakan budidaya ikan bandeng tersebut, masyarakat kelompok nelayan Ampang Pulai bekerjsama dengan pengusaha tangkap ikan tuna dengan sistem saling menguntungkan.

Saat ini permintaan pasar terhadap ikan bandeng sebagai umpan Tuna bagi pengusaha itu masih belum terpenuhi yakni sejuta ekor per bulan. Sedangkan produksi ikan bandeng dari tambak yang ada baru mencapai 120 ribu ekor per bulan. 

Setiap petak tambak bisa menghasilkan penjualan bagi kelompok nelayan sekitar Rp12 juta, dikurangi biaya perawatan selama tiga bulan sekitar Rp6,5 juta per tambak, sehingga untung yang bisa diraih nelayan mencapai Rp5,5 juta per tambak, ujar Edwil.

Ia berharap, ketersedian umpan itu perlu menjadi jaminan supaya keberlangsungan dan kepercayaan pengusaha untuk menjadikan kabupaten ini sebagai pemasok umpan ikan Tuna itu tidak hanya sampai disitu dan dapat berlanjut sehingga bisa berdampak baik terhadap perekonomian masyarakat.

Dengan potensi yang strategis dimiliki kabupaten itu, pemerintah kabupaten setempat akan terus berupaya melakukan pengembangan sehingga budidaya ikan bandeng bisa menjadi alternatif bagi masyarakat, khususnya nelayan sebagai perekonomian.(04)Â