Oleh: Yoni Syafrizal
Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat, memiliki karakteristik agraris yang kuat. Sebagian besar masyarakat bergantung pada sektor pertanian dan perkebunan sebagai sumber mata pencaharian utama. Untuk itu, menggali potensi pertanian di wilayah ini menjadi aspek penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal dan ketahanan pangan daerah.
Sektor pertanian tidak hanya berfungsi sebagai pengisi waktu luang masyarakat pedesaan, tetapi telah menjadi tiang utama ekonomi lokal. Data menunjukkan bahwa lebih dari 55 persen penduduk Kabupaten Pesisir Selatan bekerja di sektor pertanian. Potensi luas lahan yang relatif besar dan keragaman komoditas menjadikan daerah ini punya peluang untuk memperkuat ekonomi berbasis pertanian.
Potensi Lahan dan Komoditas Unggulan
Salah satu aset utama Pesisir Selatan adalah luas lahan tidur atau lahan yang belum diolah secara optimal. Berdasarkan data Dinas Pertanian, total lahan pertanian di kabupaten ini mencapai 77.033 hektar. Dari jumlah itu, sebagian besar belum digarap sepenuhnya.
Komoditas yang dianggap strategis meliputi tanaman pangan seperti padi dan jagung, serta tanaman perkebunan seperti karet, kakao, kelapa, kopi, pala, gambir, dan cengkeh. Keterkaitan antara lahan tidur dan tanaman perkebunan ini membuka peluang diversifikasi usaha untuk petani di berbagai kecamatan.
Jagung, khususnya, mendapat perhatian serius. Kabupaten ini memiliki potensi lahan sebesar 4.000 hektar untuk tanam jagung. Keunggulan jagung adalah bisa ditanam di lahan kering atau lahan terlantar, dan menjadi salah satu komoditas yang menawarkan diversifikasi sumber pendapatan bagi petani.
Peranan Padi dalam Ketahanan Pangan
Selain jagung, padi tetap menjadi komoditas kunci. Dalam beberapa tahun, Pemerintah Kabupaten menargetkan pola tanam serentak untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi serangan hama. Misalnya, dalam musim tanam April–September 2025/2026, target luas tanam padi adalah 15.800 hektar.
Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB daerah juga cukup tinggi, yakni sekitar 36,54 persen, menunjukkan bahwa sektor ini bukan sekadar penggerak ekonomi rakyat, tetapi basis ekonomi makro di daerah.
Infrastruktur dan Dukungan Irigasi
Salah satu kendala klasik dalam pertanian adalah kurangnya infrastruktur pendukung, seperti irigasi dan jaringan jalan usaha tani. Di Pesisir Selatan, pihak Dinas Pekerjaan Umum terus memperkuat jaringan irigasi melalui pembiayaan DAU, DAK, dan program hibah (misalnya IPDMIP) agar petani dapat menanam dua kali setahun.
Jalan usaha tani juga menjadi perhatian serius karena memudahkan mobilisasi hasil produksi ke pasar dan mengurangi biaya transportasi petani. Tanpa akses infrastruktur yang memadai, nilai tambah hasil pertanian bisa terkikis akibat ongkos tinggi.
Peningkatan infrastruktur jalan antarkawasan juga dinilai esensial agar sentra produksi lebih mudah dijangkau dan hasil pertanian tidak tersandera oleh keterbatasan akses.
Tantangan yang Masih Menghantui
Meski potensinya besar, sektor pertanian di Pesisir Selatan menghadapi beberapa hambatan.
Seperti fluktuasi harga komoditas, khususnya jagung, yang membuat petani terkadang ragu untuk menanam dalam skala luas.
Kurangnya pengolahan pascapanen dan nilai tambah, sehingga petani lebih banyak menjual bahan mentah dibanding memproses sendiri.
Sumber daya manusia (SDM) dan teknologi pertanian yang belum merata, terutama di daerah terpencil.
Keterbatasan modal dan akses kredit bagi petani kecil, yang membatasi skala usaha dan investasi inovasi.
Risiko iklim dan kekeringan, terutama pada lahan yang bergantung pada hujan tanpa dukungan irigasi.
Strategi Pemda dan Pemerintah Daerah
Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah kabupaten menerapkan berbagai strategi.
Diantaranya, menggalakkan musim tanam serentak agar skala produksi lebih efisien, serangan hama terukur, dan kompetisi pasar lebih baik.
Fokus pada pengembangan tanaman jagung di lahan terlantar, memanfaatkan potensi lokal.
Peningkatan kapasitas petani melalui pelatihan, bimbingan teknis, dan pendampingan PPL agar adopsi teknologi modern semakin meluas.
Kolaborasi antar pemerintah kabupaten dengan nagari (desa) dan stakeholder terkait untuk sinergi dalam pengembangan pertanian.
Pengoptimalan anggaran daerah untuk pembangunan irigasi, jalan usaha tani, dan infrastruktur pertanian lainnya.
Peluang Ekonomi dan Nilai Tambah
Dengan optimalisasi potensi, sektor pertanian Pesisir Selatan memiliki sejumlah peluang strategis.
Seperti diversifikasi komoditas ke tanaman berkualitas tinggi atau komoditas ekspor kecil dapat meningkatkan pendapatan petani.
Pengembangan industri pengolahan pertanian (misalnya jagung menjadi pakan ternak, kelapa menjadi minyak, kopi menjadi bubuk), agar nilai tambah tetap di lokal.
Pertanian berbasis teknologi, seperti penggunaan varietas unggul, sistem tanam modern, atau pertanian presisi, dapat meningkatkan produktivitas.
Target pasar regional dan provinsi, menjadikan Pesisir Selatan sebagai pemasok barang pangan bagi daerah tetangga.
Wisata pertanian atau agrowisata, yang memadukan aspek edukasi, ekowisata, dan produksi pertanian lokal.
Kesimpulan dan Arah Ke Depan
Potensi sektor pertanian di Kabupaten Pesisir Selatan sangat besar, baik dari segi lahan tidur yang luas, keberagaman komoditas, maupun peranannya sebagai sumber kehidupan masyarakat. Namun, agar potensi ini tak hanya menjadi statistik, dibutuhkan sinergi antara petani, pemerintah kabupaten, nagari, penyuluh, dan stakeholder lainnya.
Langkah-langkah strategis seperti musiman tanam serentak, optimalisasi infrastruktur, diversifikasi usaha, dan peningkatan kapasitas petani harus diimplementasikan secara konsisten.
Jika berhasil, sektor pertanian tidak hanya menjadi tulang punggung ekonomi lokal, tetapi juga landasan bagi kemajuan daerah yang mandiri dan sejahtera.