Oleh: Yendi, S Sos
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan menjadi salah satu pilar strategis dalam visi-misi kepemimpinan Hendrajoni dan Risnaldi Ibrahim untuk lima tahun ke depan. Melalui program unggulan seperti Nagari Pandai, pemerintah daerah menetapkan target agar setiap nagari mampu menjadi pusat kecerdasan, belajar dan daya saing.
Kerjasama antara pemerintah daerah dan perguruan tinggi menjadi instrumen penting dalam upaya ini. Baru-baru ini, kunjungan akademik dan PKL oleh dosen dan mahasiswa program S3 Ilmu Lingkungan dari Universitas Negeri Padang (UNP) ke Kantor Bupati Pessel menjadi bukti bahwa institusi akademik siap terlibat langsung dalam pembangunan SDM dan tata kelola lingkungan di wilayah pesisir.
Kolaborasi semacam itu memberi ruang bagi perguruan tinggi untuk menyumbangkan riset, data ilmiah, dan kapasitas inovasi yang dapat mensupport kebijakan publik. Pemerintah daerah menyatakan komitmen terbuka untuk memperkuat kerja sama ini agar kebijakan pembangunan berpijak pada kajian ilmiah, bukan sekadar intuisi.
Dalam konteks Nagari Pandai yang digagas untuk mencetak SDM unggul melalui pendidikan gratis, beasiswa, dan penguatan kompetensi, perguruan tinggi dapat membantu melalui pengembangan kurikulum, pelatihan guru, serta program penelitian terapan yang relevan dengan kebutuhan nagari.
Misalnya, mahasiswa UNP yang melakukan PKL di Pessel menyoroti pentingnya penerapan Rencana Detail Tata Ruang (RDTL) dan integrasi ekologi-lingkungan dalam kawasan wisata sebagai bagian dari pembelajaran riil. Hal ini sekaligus membuka peluang bagi mahasiswa, masyarakat, dan pemerintah nagari untuk belajar bersama.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan juga menekankan bahwa sinergi lintas sektor, inklusifitas dan inovasi adalah kunci agar visi pembangunan lima tahun ke depan dapat berjalan dengan baik. Dalam pembukaan Musrenbang RPJMD 2025–2029, angka ini dikukuhkan sebagai arah komprehensif untuk seluruh pilar pembangunan.
SDM yang unggul tidak hanya berarti memiliki gelar atau pengetahuan, tetapi juga kompetensi, sikap inovatif, serta kesiapan menghadapi tantangan global dan lokal. Di Pesisir Selatan, kebutuhan itu muncul misalnya dalam pengelolaan wisata bahari, ekonomi kelautan, maupun teknologi digital di nagari yang terisolir.
Perguruan tinggi bisa berperan dalam pelatihan budidaya, manajemen usaha mikro, pendidikan karakter, literasi digital, serta riset lokal berbasis nagari. Melalui kemitraan tersebut, nagari-nagari dapat memperoleh modul pelatihan yang sesuai kondisi lokal, bukan model seragam dari luar.
Pemerintah daerah dapat memfasilitasi program beasiswa kolaboratif antara kampus dan nagari, misalnya mahasiswa dari Pessel yang kembali ke nagari untuk mengabdi sebagai fasilitator peningkatan kompetensi warga. Hal ini akan menumbuhkan siklus regenerasi SDM setempat.
Kuncinya, agar kerja sama ini tidak hanya berlangsung sesaat tetapi berkelanjutan. Perguruan tinggi, pemerintah daerah, dan nagari perlu menyusun mekanisme monitoring dan evaluasi yang jelas, mengukur capaian belajar, peningkatan kompetensi, dan dampaknya terhadap perkembangan nagari.
Misalnya, kompetisi tingkat SD-SMP dalam bidang sains sebagai bagian dari Nagari Pandai dilaksanakan di Pessel dengan dukungan penuh pemerintah daerah dan media lokal. Ini menunjukkan komitmen meningkatkan mutu pendidikan dan membangun budaya belajar yang produktif.
Namun, pembenahan SDM juga harus memperhatikan kondisi khas Pesisir Selatan seperti geografis wilayah pesisir yang panjang dan tersebar, tantangan konektivitas digital, serta potensi ekonomi lokal seperti perikanan, pariwisata, dan pertanian. Sebagai contoh, di kawasan konservasi mangrove Nagari Amping Parak, masalah blank spot digital masih menjadi hambatan.
Oleh karena itu, strategi pengembangan SDM melalui perguruan tinggi harus inklusif dengan melibatkan nagari di daerah terpencil agar tidak tertinggal.
Modul pelatihan harus disesuaikan dengan akses, bahasa lokal, dan potensi masing-masing nagari agar lebih efektif.
Kolaborasi riset juga dapat diarahkan pada isu-isu lokal seperti mitigasi bencana, ekowisata, kelautan, lingkungan hidup, serta teknologi digital untuk nagari. Hasil riset ini kemudian dapat menjadi acuan kebijakan nagari dan kabupaten, sesuai tuntutan pembangunan berbasis data dan kajian ilmiah.
Sebagai penutup, keberhasilan peningkatan SDM melalui kerjasama perguruan tinggi akan sangat menentukan tercapainya Nagari Pandai dan seluruh pilar visi pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan.
Dengan sinergi pemerintah daerah, institusi akademik dan masyarakat nagari, harapan menciptakan nagari yang cerdas, kreatif, mandiri dan berdaya saing bukan sekadar tujuan, melainkan arah nyata menuju masa depan yang lebih baik bagi seluruh warga Pesisir Selatan.