Pesisir Selatan--Dinas Pertanian Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) melalui Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Keswan dan Kesmavet) melakukan edukasi rabies di SMA Negeri 1 Bayang, Senin (15/9/2025).
Kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya peningkatan kesadaran masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap ancaman rabies yang masih menjadi isu kesehatan masyarakat.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut, drh Hayatul Fitro, selaku pembina upacara mewakili Kepala Dinas Pertanian Pessel, Madrianto.
Kunjungan tesebut juga didampingi oleh sejumlah pejabat lintas sektor diantaraya, Kepala Puskeswan Tarusan, drh Alriko Patrisman, Kepala Puskesmas Pasar Baru, dan Kepala Puskesmas Koto Berapak.
Kegiatan tersebut diinisiasi oleh Wakil Bupati Pessel, Ny Oktarina Risnaldi, sebagai bentuk kehadiran pemerintah dalam merespons isu-isu aktual di tengah masyarakat. Edukasi rabies ini menjadi semakin relevan setelah salah satu orang tua siswa SMA 1 Bayang meninggal dunia akibat penyakit tersebut.
Sebagai bentuk empati, kegiatan itu juga diisi dengan doa bersama dan ucapan belasungkawa kepada salah satu siswa yang kehilangan orang tuanya akibat rabies.
"Mari kita doakan agar almarhum diterima di sisi Allah SWT dan keluarga diberi ketabahan," ujar drh Hayatul.
Dalam sambutannya, drh Hayatul Fitro, menyampaikan materi terkait Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) rabies dari perspektif kesehatan hewan, yang mencakup definisi rabies, hewan penular rabies (HPR), mekanisme penularan, dan gejala klinis pada hewan.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Pasar Baru, Ida, menyampaikan edukasi rabies dari sisi medis manusia.
Dalam kesempatan itu dia menekankan bahwa rabies bersifat fatal jika sudah menunjukkan gejala, namun dapat dicegah dengan penanganan medis segera setelah terpapar.
"Selama tiga tahun terakhir, tidak tercatat kasus kematian akibat rabies di Pesisir Selatan. Namun, kasus terbaru menjadi pengingat bahwa ancaman rabies nyata dan tidak boleh diabaikan," ujarnya.
Ia juga mengingatkan masyarakat untuk tidak memberikan stigma negatif atau perlakuan diskriminatif kepada penderita atau keluarga terdampak rabies.
"Rabies tidak menular dari seseorang yang belum menunjukkan gejala, sehingga tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan atau tindakan bullying," tegasnya.