Pesisir Selatan--Kepala Bagian (Kabag) Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) setretariat daerah kabupaten (Setdakab) Pesisir Selatan (Pessel), Hardi Dama Putra, berjanji akan memfasilitasi penyalahguna Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif) di daerah itu, untuk mendapatkan pelatihan kerja sesuai bakat masing-masing.
Hal itu diungkapkannya Jumat (26/7) di Painan, saat menjadi pemateri pada kegiatan pemberian layanan pascarehablitasi reguler oleh Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Sumatera Barat (Sumbar), bersama Institut Penerima Wajib Lapor (IPWL) Yayasan Ranah Mandeh di Pesisir Selatan.
Pelatihan kerja ini disalurkan kepada mantan penyalahguna Napza yang telah direhabilitasi oleh Institut Penerima Wajib Lapor (IPWL) Yarrahman Sumbar yang berkantor di Pesisir Selatan.
"Kami akan rekomendasikan nanti ke dinas teknis terkait, agar dapat diberikan pelatihan kerja. Dan kami bersungguh-sungguh untuk itu," ujarnya.
Pada sesi tanya jawab dalam kegiatan itu, sejumlah peserta layanan menyampaikan bahwa mereka juga ingin bekerja dan melanjutkan kehidupan lebih baik.
Diantara peserta mengatakan mereka ingin bekerja seperti buka usaha bengkel, bertani, nelayan dan pengusaha.
Kepada puluhan penyalahguna narkoba yang sedang masa pemulihan tersebut, Hardi menyemangati bahwa semua jenis pekerjaan adalah pekerjaan mulia asalkan halal.
"Iya, tadi saya dengar ada yang mau jadi montir bengkel, bertani, nelayan dan pengusaha. Itu semua pekerjaan mulia. Jangan mengira menjadi pejabat adalah pekerjaan yang paling mulia. Pejabat itu adalah pemerintah, mereka bekerja melayani masyarakat bukan penguasa," tuturnya.
Yang penting lanjutnya, kepercayaan diri jangan sampai hilang sehingga keinginan untuk membangun diri yang baik dapat diwujudkan.
Selain itu, kedepan pihaknya juga berupaya untuk mensosialisasikan kepada peserta didik di sekolah-sekolah untuk menghindari obat terlarang yang merusak generasi muda Indonesia.
Sekretaris IPWL Yarrahman, Efridoni mengatakan, rata-rata 50 orang setiap hari dan 18.250 orang per tahun meninggal dunia akibat bahayanya narkoba.
Persoalan ini terangnya tidak akan pernah tuntas jika semua pihak tidak mengambil peran untuk menyelamatkan ancaman di depan mata.
Doni menyebutkan Provinsi Sumbar merupakan pengguna terbesar ke 3 di Indonesia yang didominasi oleh kaum pelajar dan mahasiswa.
"Ini tentu miris sekali, generasi muda kita dalam ancaman yang bahaya," ulasnya.
Melalui IPWL, Yarrahman Doni berharap masyarakat atau anggota keluarga penyalahguna Napza dapat melaporkan anak, saudara maupun kerabat untuk direhablitasi dalam rangka upaya pemulihan dari kecanduan barang terlarang itu.
Bebernya, ada empat pintu masuk atau motif mengapa remaja mau mencicipi narkoba. Diantaranya karena Kesepian, orang tua terlalu sibuk, tiada waktu memantau anak, dan kesempatan mumpung ditawari gratis. Setelah kecanduan baru kelabakan.
Anak yang tertekan atau terkekang di rumah, melarikan diri ke narkoba demi mendapatkan rasa tenang. Gampang minder atau kurang percaya diri, jadi lewat narkoba mereka berharap lebih percaya diri.
Dari itu
Doni meminta masyarakat menjaga ketahanan keluarga dan memerangi narkoba secara bersama-sama.
Sebab narkoba tidak mengenal, siapa, dimana dan kapan.
"Semua kita punya potensi terjerumus. Kadang sebuah rumah yang pagarnya terkunci, seluruh pintu dan jendela juga terkunci, masih saja dibobol pencuri. Maka pagarilah rumah kita agar jauh dari narkoba," tutukasnya. (05)