• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Cerita Kehidupan Nelayan Pessel  Kebutuhan Meningkat Pendapatan Sedikit

08 September 2019

1462 kali dibaca

Cerita Kehidupan Nelayan Pessel Kebutuhan Meningkat Pendapatan Sedikit

Painan-- Pesisir Selatan memiliki garis pantai terpanjang di Sumbar, yakni sepanjang  243 kilometer dari batas kota Padang hingga provinsi Bengkulu.Sehingga rata rata mata pencarian masyarakatnya adalah melaut(Nelayan).

Namun dari banyaknya nelayan yang ada sebagian besar melaut secara tradisional, masih mengunakan perahu dayung dan sebagian lainnya hanya dibantu mesin tempel berkekuatan 1 hingga 2 PK , kalaupun ada mengunakan alat yang lebih modern tidak seberapa.  

Fenomena alam yang cenderung ekstrim belakangan ini menjadi ancaman bagi keselamatan nelayan,karena tingginya gelombang laut disertai badai menyulitkan para nelayan untuk mencari ikan di Kabupaten Pesisir Selatan . 
Apalagi sebagian besar para nelayan masih mengunakan peralatan tradisional. Akibatnya kelangsungan perekonomian mereka juga tergangu.Bahkan banyak nelayan terancam terlilit hutang karena tak lagi mendapatkan penghasilan. 

Seperti yang dialami oleh Nazarudin 45 nelayan Tarusan dia sudah seminggu ini tidak melaut dikarenakan, cuaca yang tidak menentu hujan yang disertai angin kencang datang secara tiba-tiba."Jika hujan disertai angin kencang saat kita berada ditengah laut. Alamat badan bisa sengsara, karena perahu yang kita tumpangi ini bisa terbalik," katanya Minggu (8/9)

Menurutnya cuaca ekstrim adalah hal yang sangat ditakuti, bukan saja untuk keselamatan diri tetapi juga ekonomi rumah tangga ,mungkin bila dipaksakan untuk turun ke laut  ikan pun pun tak kan bisa dijumpai sampai cuaca kembali normal.

"Itu akan menjadi pekerjaan yang sia-sia. Yang parahnya lagi, kita terancam dililit hutang karena tak mimiliki penghasilan selama cuaca buruk," ujarnya 

Dijelaskannya, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mau tak mau, suka ataupun tak suka kita wajib berhutang untuk keperluan hidup hingga cuaca kembali normal. 

Hal sama juga dirasakan oleh nelayan di Batu Kalang Tarusan sebagian besar alat tangkapnya masih tradisional dan hasil yang didapatkannya  tidaklah seberapa. Kondisi ini lebih diperparah dengan kondisi cuaca yang tidak menentu.Setiap harinya uang yang dibawanya tidak seberapa  berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 100 ribu. Terkadang tidak membawa penghasilan sama sekali . 

lain halnya dengan Amrizal 46 Warga Apa Jaya Kenagarian Kapuh Kecamatan Koto XI Tarusan Minggu (8/9) mengaku setiap harinya berprofesi sebagai nelayan di Cerocok Tarusan namun smeenjak sebulan belakangan ini Bagan Bagan yang pergi melaut dirazia oleh pihak terkait membuat Bagan yang yang setiap hari menjadi tempat mencari nafkahnya juga tidak melaut. Akibatnya dia harus ikut berhenti melaut dan harus memutar otak mencari penghasilan lain agar kehidupan rumah tangganya tetap bisa berjalan. 

Yurmawati istrinya harus ikut membanting tulang menolong suaminya dengan menjadi tukang cuci dirumah warga dengan penghasilan yang juga tidak seberapa berkisar Rp 10 ribu hingga Rp 50 Ribu tergantung banyaknya kain dan kerleaan orang memberi. Namun terkadang upah yang diterimanya tidak berupa uang namun berupa barang seperti beras atau makanan. 

Amrizal tidak paham kenapa bagannya tidak bisa melaut, namun kata pemilik bagan kalau kapalnya harus melengkapi surat surat sesuai aturan yang ada, namun bagi Amrizxal berhentinya melaut memubuat kehidupan keluargannya juga harus ikut berhenti.Sebenarnya menjadi nelayan Amrizal tidak mendapatkan penghasilan banyak , setiap harinya dia hanya mampu mendapatkan penghasilan Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu. Penghasilan itu yang digunakannya untuk pendidikan 3 orang anaknya yang masih duduk di bangku SD, biaya dapur  dan lainnya . 

Sementara itu Joni War 48 Ketua Kelompok Usaha Bersama (KUB) Bangkit Bersama yang merupakan nelayan berprestasi tingkat Nasional menjelaskan anggota kelompoknya masih mengunakan alat tangkap tradisional untuk mecari ikan ditengah laut.Dengan jaring dan alat pancing dan upan yang juga berasal dari alam menjadi modalnya untuk meraih rezeki ditengah laut. 

Namun kelompoknya mendapatkan bantuan permodalan sehinga kehidupan ekonomi kelok nelayannya sudah mulai meningkat. Sebab sebagian anggotanya telah memiliki alat tangkap sendiri (07