• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Daun Bambu: Tanaman Sederhana dengan Kemampuan Menyerap Racun Udara di Rumah

08 November 2025

2 kali dibaca

Daun Bambu: Tanaman Sederhana dengan Kemampuan Menyerap Racun Udara di Rumah

Daun bambu merupakan salah satu bagian tumbuhan yang selama ini sering dianggap biasa saja, padahal memiliki manfaat besar terhadap kesehatan lingkungan, terutama dalam menjaga kualitas udara di dalam rumah. Polusi udara tidak hanya berasal dari luar, tetapi juga muncul dari dalam rumah melalui cat dinding, lem furnitur, karpet sintetis, hingga pewangi ruangan yang melepaskan senyawa volatile organic compounds (VOC). Senyawa tersebut diketahui dapat menimbulkan sakit kepala, iritasi pada mata, gangguan pernapasan, hingga menurunkan kualitas tidur. 

Menghadirkan tanaman yang mampu menyerap polusi menjadi salah satu solusi alami yang semakin banyak dipilih untuk meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan. Bambu menjadi salah satu tanaman yang terbukti mampu menyerap polutan melalui proses biologis bernama phytoremediation, yaitu kemampuan tanaman mengikat dan menetralkan polutan dari lingkungan.

Permukaan daun bambu yang luas dan struktur stomata yang aktif membuat tanaman ini bekerja seperti penyaring udara alami. Beberapa spesies bambu hias yang digunakan di dalam ruangan seperti bamboo palm tercatat dalam NASA Clean Air Study sebagai tanaman efektif yang dapat menyerap polutan seperti formaldehida, benzena, dan trikloroetilen dari udara. Formaldehida umumnya berasal dari lem furnitur dan bahan bangunan, sedangkan benzena dapat dilepaskan oleh cat dan produk pembersih. Dengan kemampuan menyerap polutan ini, bambu membantu membuat udara di ruangan lebih bersih. Selain itu, bambu menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen dalam jumlah signifikan; berdasarkan publikasi International Network for Bamboo and Rattan (INBAR), bambu memiliki tingkat penyerapan CO? yang lebih tinggi dibandingkan banyak tanaman lain seukurannya.

Tanaman bambu juga memiliki kemampuan mengurangi kelembapan di dalam ruangan sehingga membantu menghambat pertumbuhan jamur dan bakteri. Penelitian dari Universitas Zhejiang di Tiongkok menunjukkan bahwa beberapa jenis bambu mampu menyerap logam berat dan polutan melalui akar dan daunnya, membuktikan peran bambu dalam phytoremediation. Kemampuan penyerapannya tidak hanya terbatas pada udara, tetapi juga pada tanah yang terkontaminasi. Karena alasan tersebut, bambu banyak dimanfaatkan dalam proyek penghijauan dan restorasi lahan tercemar di beberapa negara Asia. Di sisi lain, artikel ilmiah dalam Journal of Hazardous Materials juga menyebutkan bahwa bambu memiliki sifat antibakteri dan antijamur alami pada kulit batang dan daunnya.

Selain sebagai penyaring udara, daun bambu sudah lama digunakan dalam kehidupan sehari-hari di berbagai negara Asia. Daun bambu sering digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional karena memiliki sifat antibakteri alami. Penelitian dari Food Research International menjelaskan bahwa ekstrak daun bambu mengandung flavonoid dan antioksidan yang membantu menghambat pertumbuhan bakteri pada makanan. Beberapa daerah juga memanfaatkan daun bambu sebagai teh herbal yang dinilai memiliki kandungan antioksidan tinggi, meskipun manfaatnya sebagai obat harus tetap mengacu pada rekomendasi dan kajian ilmiah lanjutan.

Untuk mendapatkan manfaatnya di rumah, bambu dapat ditempatkan di sudut ruang tamu, ruang kerja, kamar tidur, atau dekat furnitur kayu baru yang berpotensi melepaskan VOC. Tanaman ini tidak memerlukan perawatan sulit, cukup dijaga kelembapannya dan diberi cahaya matahari tidak langsung. Jenis bambu yang cocok untuk ruangan tertutup antara lain bamboo palm, bambu mini hias, dan lucky bamboo (meskipun secara botani bukan bambu sejati, namun tetap berfungsi sebagai tanaman hias penyerap polusi). Dengan perawatan sederhana, bambu dapat menjadi elemen alami yang memperindah interior sekaligus berkontribusi pada kualitas udara yang lebih sehat.

Keberadaan bambu di dalam ruangan bukan hanya memberikan sentuhan estetika, tetapi juga kontribusi ekologis yang nyata. Dukungan hasil penelitian dari lembaga seperti NASA, INBAR, serta jurnal ilmiah internasional membuktikan bahwa bambu bukan sekadar tanaman hias, melainkan solusi penyaring udara yang efektif dan ramah lingkungan. Menghadirkan bambu di rumah merupakan langkah kecil namun berdampak besar untuk menciptakan ruang hidup yang lebih sehat dan bersih.