• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Pelatihan Konservasi Penyu yang Digelar Pokwasmas LPPL Libatkan Masyarakat Amping Parak

19 Oktober 2025

122 kali dibaca

Pelatihan Konservasi Penyu yang Digelar Pokwasmas LPPL Libatkan Masyarakat Amping Parak

Pesisir Selatan--Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Laskar Pemuda Peduli Lingkungan mengadakan pelatihan bertajuk "Pengelolaan Konservasi Penyu Berbasis Masyarakat" Sabtu (18/10/2025) di kawasan konservasi penyu Nagari Amping Parak, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel). Kegiatan ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, termasuk tokoh masyarakat, pemuda, perempuan, serta perwakilan dari pemerintah daerah dan akademisi. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya konservasi penyu dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Ketua Pokmaswas, Haridman, menyampaikan bahwa pelatihan ini merupakan bagian dari upaya edukatif untuk mendorong keterlibatan langsung warga dalam pelestarian satwa laut yang semakin terancam. “Edukasi semacam ini penting agar masyarakat memahami bahwa keberadaan penyu sangat vital bagi keseimbangan lingkungan,” ujar Haridman. Pelatihan menghadirkan narasumber dari berbagai kalangan, antara lain Dr Harfiandri Damanhuri dari Universitas Bung Hatta, Dr Reti Warda, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumbar, serta Epaldi Bahar dari Tim Percepatan Pembangunan Pessel. Dalam presentasinya, Dr Harfiandri memaparkan faktor-faktor penyebab menurunnya populasi penyu, seperti kerusakan habitat, pencemaran laut, dan pengambilan telur penyu secara ilegal. Ia juga mengusulkan pengembangan kawasan konservasi di Amping Parak, salah satunya melalui integrasi dengan potensi situs arkeologi kapal tenggelam. “Kawasan konservasi bisa diperluas menjadi destinasi edukasi dan wisata, misalnya dengan pengembangan situs arkeologi yang berdekatan,” jelasnya. Dr Reti Warda menekankan pentingnya peran aktif Pokmaswas dalam pemantauan aktivitas penyu, pencatatan data, hingga pelaporan kepada instansi terkait. Ia juga mendorong edukasi kepada nelayan agar menggunakan alat tangkap yang ramah terhadap penyu. Sementara itu, Epaldi Bahar, menyoroti persoalan pencemaran laut sebagai ancaman serius bagi habitat penyu. Ia mengingatkan masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai maupun muara, yang pada akhirnya mengalir ke laut dan merusak lingkungan. “Jika kebiasaan ini terus berlanjut, maka ekosistem laut akan semakin terancam, termasuk populasi penyu,” ujarnya. Kegiatan berlangsung secara interaktif, dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator Jalmal. Peserta tampak antusias berdiskusi mengenai teknik perlindungan sarang penyu, serta prosedur pelaporan jika menemukan penyu bertelur di sekitar pantai. Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Pessel, Firdaus, menyambut baik pelatihan tersebut. Ia menilai pelibatan masyarakat adalah kunci keberhasilan program konservasi jangka panjang. "Konservasi tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh pemerintah. Peran aktif masyarakat sangat menentukan, terutama dalam pengawasan dan edukasi di tingkat nagari,” jelas Firdaus. Ia juga menyatakan bahwa pihaknya siap mendukung pelestarian penyu di Amping Parak melalui pelatihan lanjutan, pembinaan, serta penyediaan sarana pendukung lainnya. Ia berharap kegiatan ini dapat dikembangkan menjadi bagian dari ekowisata lokal berbasis konservasi. Berdasarkan data dari Dinas Kelautan dan Perikanan, wilayah pesisir Amping Parak merupakan salah satu titik penting pendaratan penyu di Pesisir Selatan. Karena itu, upaya pelestarian dan perlindungan kawasan ini dinilai sangat mendesak untuk mencegah penurunan populasi penyu yang semakin mengkhawatirkan.