 
                        Oleh: Yoni Syafrizal
Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) kini tengah menapaki langkah penting menuju kemandirian pangan. Di tengah tantangan global berupa perubahan iklim, fluktuasi harga komoditas, dan keterbatasan lahan produktif, semangat baru muncul dari para petani muda yang mulai melihat pertanian bukan sekadar pekerjaan turun-temurun, melainkan sebagai profesi masa depan yang menjanjikan.
Langkah ini semakin nyata dengan digelarnya berbagai kegiatan penguatan kapasitas petani di tingkat kecamatan, seperti Bimbingan Teknis (Bimtek) Brigade Pangan yang baru-baru ini dilaksanakan oleh Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Bayang.
Program seperti Brigade Pangan menjadi simbol kebangkitan pertanian modern di daerah. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan melalui Dinas Pertanian terus mendorong agar setiap nagari memiliki petani-petani milenial yang tangguh, kreatif, dan memiliki semangat wirausaha.
Kepala Dinas Pertanian, Madrianto, menegaskan bahwa pertanian hari ini tidak lagi dapat dipandang sebagai sektor tradisional. Justru, dengan dukungan teknologi, manajemen usaha, dan kolaborasi lintas sektor, pertanian dapat menjadi pilar ekonomi daerah yang kuat dan mandiri.
Brigade Pangan lahir dari kebutuhan untuk mencetak petani yang mampu beradaptasi dengan zaman. Pelatihan yang diberikan tidak hanya tentang budidaya dan pengelolaan alat mesin pertanian (alsintan), tetapi juga mengenai manajemen keuangan, akses permodalan, dan strategi pemasaran hasil tani.
Literasi keuangan menjadi aspek penting agar petani muda tidak hanya pandai menanam, tetapi juga cerdas dalam mengelola usaha dan hasil produksinya secara profesional.
Peningkatan kapasitas petani seperti ini seharusnya tidak hanya terpusat di Bayang, tetapi diperluas ke seluruh kecamatan di Pesisir Selatan, mulai dari utara Kecamatan Koto XI Tarusan, hingga selatan Kecamatan Silaut. Setiap nagari memiliki potensi pertanian yang khas dan beragam. Mulai dari padi di wilayah Batang Kapas, hortikultura di Bayang dan Lengayang, hingga perkebunan kelapa dan kakao di Lunang. Jika setiap nagari mampu mengembangkan potensi unggulannya secara mandiri, maka ketahanan pangan kabupaten dapat terwujud secara nyata.
Salah satu nilai penting yang diangkat dalam program Brigade Pangan adalah pentingnya kolaborasi antarpetani dan sinergi lintas sektor. Dalam era digital, petani muda harus mampu memanfaatkan teknologi, mulai dari pencatatan hasil panen berbasis aplikasi, promosi produk melalui media sosial, hingga menjalin kemitraan dengan lembaga keuangan dan offtaker. Langkah-langkah inilah yang akan memperkuat posisi petani dalam rantai nilai pertanian modern.
Narasumber dalam kegiatan Bimtek, Afdiron Novindra, menekankan pentingnya pencatatan keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan. Catatan sederhana tentang biaya produksi, penggunaan alat, dan hasil panen akan membantu petani memahami arus usaha mereka. Kebiasaan ini, jika dibiasakan di setiap nagari, akan membentuk budaya profesionalisme baru di kalangan petani muda Pesisir Selatan. Mereka tidak hanya menanam, tetapi juga menghitung dan merencanakan.
Selain aspek ekonomi, pelatihan juga mengajarkan pentingnya pengelolaan alat dan mesin pertanian secara berkelanjutan. Seperti dijelaskan oleh narasumber lainnya, Khairul Effendi, efisiensi alat bukan hanya soal produktivitas, tetapi juga menyangkut kelestarian lingkungan. Dengan pemeliharaan alat yang baik, penggunaan bahan bakar yang hemat, dan pemanfaatan energi terbarukan, petani dapat berkontribusi langsung terhadap pertanian hijau yang ramah lingkungan.
Semangat menuju pertanian berkelanjutan ini perlu dijadikan gerakan bersama di seluruh Pesisir Selatan. Dari nagari di lereng bukit hingga yang berada di sepanjang pesisir pantai, semua memiliki peran dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Pertanian tidak boleh hanya mengejar hasil, tetapi juga harus menjamin kelestarian tanah, air, dan udara untuk generasi berikutnya. Dengan demikian, pertanian bukan hanya sumber ekonomi, tetapi juga warisan ekologis.
Untuk mendukung hal ini, peran penyuluh pertanian menjadi sangat vital. BPP di setiap kecamatan harus menjadi pusat inovasi dan edukasi bagi petani. Mereka bukan sekadar pendamping teknis, tetapi juga mentor dalam membangun pola pikir baru bahwa pertanian adalah sektor strategis yang memiliki daya saing tinggi. Dengan kolaborasi antarpenyuluh, pelaku usaha tani, dan pemerintah nagari, transformasi pertanian dapat berjalan lebih cepat dan merata.
Pemerintah daerah pun diharapkan dapat memperkuat dukungan melalui kebijakan yang berpihak pada petani muda. Insentif bagi petani inovatif, akses mudah terhadap permodalan, dan bantuan alat mesin pertanian harus dirancang dengan prinsip keberlanjutan. Lebih dari itu, peran lembaga pendidikan dan perguruan tinggi di Pesisir Selatan juga penting untuk menjembatani ilmu pengetahuan dengan praktik lapangan, agar inovasi pertanian tidak hanya berhenti di teori.
Jika semangat Brigade Pangan di Bayang dapat direplikasi ke seluruh kecamatan, maka akan lahir generasi baru petani milenial yang berdaya saing, melek teknologi, dan peduli lingkungan. Inilah momentum bagi Pesisir Selatan untuk menjadikan sektor pertanian bukan sekadar mata pencaharian, tetapi juga simbol kemandirian dan kebanggaan daerah.
Dalam konteks ketahanan pangan nasional, Pesisir Selatan memiliki peran strategis sebagai salah satu lumbung pangan Sumatera Barat. Kemandirian pangan tidak akan datang dari kota besar, tetapi tumbuh dari nagari-nagari yang mandiri dalam produksi, distribusi, dan inovasi pertanian. Semangat yang dibangun di Bayang harus menjadi contoh bagi nagari lainnya bahwa perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil yang konsisten.
Akhirnya, keberhasilan pembangunan pertanian di Pesisir Selatan tidak hanya diukur dari tonase hasil panen, tetapi dari perubahan cara pandang masyarakatnya.
Ketika petani muda mulai percaya bahwa pertanian adalah profesi modern yang bisa mensejahterakan, maka masa depan pangan daerah, bahkan bangsa akan terjamin. Inilah saatnya masyarakat Pesisir Selatan menanamkan tekad bersama membangun kemandirian pangan dari nagari, untuk ketahanan bangsa yang berkelanjutan.