• info@pesisirselatan.go.id
  • Hours: Mon-Fri: 8am – 4pm
Sinergi Dua Alam: Upaya Masyarakat Pessel dalam Memajukan Pariwisata melalui Jalan Tembus Bayang-Alahan Panjang

31 Oktober 2025

188 kali dibaca

Sinergi Dua Alam: Upaya Masyarakat Pessel dalam Memajukan Pariwisata melalui Jalan Tembus Bayang-Alahan Panjang

Oleh: Yoni Suafrizal 

Pembangunan akses jalan tembus antara Bayang (Pesisir Selatan) dengan Alahan Panjang (Kabupaten Solok) menjadi lompatan yang cukup besar terhadap pengembangan dan kemajuan pariwisata di Pessel. Akses yang lebih mudah bukan hanya soal mempersingkat jarak dan waktu tempuh, melainkan membuka peluang kolaborasi dua wilayah dengan karakter potensi yang berbeda antara pesisir dan pegunungan.

Kondisi geografis Pesisir Selatan memang sudah kaya akan destinasi seperti pantai berpasir, gugusan pulau kecil, laut lepas, dan budaya Minangkabau khas nagari. Sementara Alahan Panjang dan wilayah Solok memiliki potensi pegunungan, agraris, dan keindahan alam dengan suasana berbeda. Dengan jalan penghubung, wisatawan bisa merasakan "paket wisata lengkap" dari laut ke gunung dalam satu rute perjalanan.

Masyarakat setempat perlu menyadari bahwa kemudahan akses jalan bukan otomatis berarti langsung ramai pengunjung. Ada sejumlah upaya yang harus dilakukan agar potensi tersebut benar-benar termanfaatkan. Kualitas pelayanan di destinasi wisata harus ditingkatkan, mulai dari kebersihan, fasilitas umum, akomodasi, hingga ketersediaan informasi wisata yang memadai. Tanpa kesiapan ini, wisatawan bisa kecewa dan memilih destinasi lain.

Pengembangan rute wisata yang kreatif juga sangat penting. Wisatawan dapat masuk melalui Bayang, menikmati atraksi agrowisata di pegunungan, kemudian meluncur ke pantai dan pulau-pulau di Pesisir Selatan seperti kawasan Mandeh atau Carocok. Dengan rute yang variatif dan saling terhubung, pengalaman wisata akan lebih menarik, mendidik, dan berkesan.

Pemberdayaan masyarakat lokal menjadi kunci utama keberhasilan pengembangan pariwisata. Masyarakat nagari, pelaku UMKM, pemuda, dan tokoh adat perlu dilibatkan aktif dalam kegiatan wisata. Mereka dapat menjadi pemandu wisata, pengelola homestay, penjual oleh-oleh khas, maupun penjaga kebersihan lingkungan dan nilai-nilai budaya lokal. Dengan begitu, manfaat ekonomi dari pariwisata akan dirasakan langsung oleh masyarakat sekitar.

Promosi yang tepat sasaran juga diperlukan agar potensi baru ini dikenal luas. Jalur Bayang-Alahan Panjang bisa diperkenalkan sebagai "jalur wisata dua alam" dari pegunungan ke pantai dalam satu perjalanan. Media sosial, vlog wisata, dan kerja sama dengan agen perjalanan dapat dimanfaatkan untuk memperkenalkan daya tarik wisata ini kepada wisatawan domestik maupun mancanegara.

Peningkatan infrastruktur menjadi hal mendasar. Bukan hanya pembangunan jalan utama, tetapi juga akses menuju objek wisata seperti air terjun, bukit, pantai, dan desa wisata. Ketersediaan sarana parkir, toilet umum, dan papan informasi juga penting untuk menunjang kenyamanan wisatawan. Pemerintah daerah perlu memastikan bahwa pembangunan fisik sejalan dengan prinsip keberlanjutan lingkungan.

Pariwisata berkelanjutan harus menjadi landasan utama pengembangan kawasan ini. Potensi wisata yang besar harus diimbangi dengan kesadaran menjaga lingkungan. Pengelolaan sampah, kelestarian hutan, dan perlindungan kawasan pesisir harus menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Dengan cara ini, wisata berkembang tanpa merusak alam.

Kawasan Bayang dan Bayang Utara berpeluang besar mengembangkan agrowisata. Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan bahkan telah menyiapkan rencana pengembangan agrowisata di Bukit Dilan. Masyarakat di daerah pegunungan dapat menawarkan pengalaman wisata edukatif seperti berkebun, memetik sayur, hingga menikmati panorama alam. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan suasana pedesaan Minangkabau yang sejuk dan asri.

Budaya lokal perlu diintegrasikan dengan kegiatan wisata. Wisatawan tidak hanya mencari keindahan alam, tetapi juga ingin merasakan pengalaman budaya dengan menyaksikan tarian tradisional Minangkabau, mencicipi kuliner khas, mengenal adat istiadat, atau berpartisipasi dalam kegiatan nagari. Masyarakat perlu memandang wisata sebagai sarana memperkenalkan identitas budaya, bukan sekadar peluang ekonomi.

Kerja sama lintas daerah antara Pesisir Selatan dan Solok juga sangat penting. Kolaborasi ini bisa melahirkan paket wisata bersama, promosi terpadu, hingga event budaya lintas kabupaten. Potensi pantai dan laut di Pesisir Selatan akan berpadu dengan pesona pegunungan dan perkebunan di Solok, menciptakan daya tarik wisata yang lengkap dan saling melengkapi.

Sistem kelembagaan lokal untuk pariwisata juga perlu diperkuat. Pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwis), komunitas pemuda, dan asosiasi UMKM bisa menjadi wadah pemberdayaan masyarakat. Melalui pelatihan tentang pelayanan wisata, bahasa asing dasar, serta pemasaran digital, kualitas sumber daya manusia di sektor pariwisata akan meningkat secara signifikan.

Destinasi wisata baru juga perlu mendapat perhatian. Tidak hanya pantai besar yang sudah terkenal, tetapi juga objek wisata tersembunyi seperti air terjun, bukit, dan cagar alam. Dengan adanya jalan tembus ini, kawasan-kawasan yang sebelumnya sulit dijangkau kini bisa dikembangkan dan menjadi daya tarik tambahan bagi wisatawan.

Aspek keamanan dan kenyamanan wisatawan tidak boleh diabaikan. Jalan yang aman, rambu yang jelas, penerangan yang memadai, serta keramahan masyarakat akan menentukan citra pariwisata daerah. Semua pihak harus menjaga suasana yang kondusif agar wisatawan merasa aman, nyaman, dan ingin kembali berkunjung.

Akhirnya, momentum terbukanya jalan penghubung Bayang-Alahan Panjang harus dimanfaatkan dengan semangat kolaborasi. Pemerintah, swasta, dan masyarakat perlu berjalan seiring, pemerintah menyediakan regulasi dan infrastruktur, swasta mengelola fasilitas dan investasi, sementara masyarakat menjaga budaya dan menjadi tuan rumah yang baik. 

Dengan kolaborasi yang kokoh ini, maka Pesisir Selatan bisa menjadi contoh sebagai daerah yang berhasil memadukan potensi alam dan budaya dalam bingkai pariwisata berkelanjutan.